Merasa Kesepian di Luar Negeri?

Setelah menikah, saya langsung ikut pasangan hidup di luar negeri. Negeri impian bak dongeng yang dibayangkan, tetapi mengapa saya merasa kesepian? Demikian cerita seorang sahabat yang baru saja menetap di luar Indonesia dan bersatu bersama pasangan hidup yang dinikahinya.

Pernikahan seharusnya melindungi diri dari KESEPIAN karena kita tidak merasa terasing dengan pasangan hidup kita. Tak hanya faktor pernikahan, pengalaman lain menyebutkan mahasiswa yang studi di luar Indonesia pun mengalami kesepian. Mereka mengaku tak betah dan tidak menemukan rutinitas yang mengalihkan rasa kesepian mereka.

Namun apa daya kesepian begitu melanda seiring perbedaan budaya, wilayah tempat tinggal, situasi pekerjaan, studi, kehidupan pertemanan dan lain sebagainya yang menyebabkan kesepian semakin mencekam.

Tak jarang ini adalah pengalaman pertama tinggal di luar Indonesia bagi mereka yang belum pernah menetapi dan hidup di luar Indonesia. Tak ada teman bicara dan tak ada rutinitas yang membuat kesepian semakin mengancam.

Kesepian adalah pengalaman universal yang bisa dialami di mana saja dan siapa saja. Hanya saja, kesepian yang dramatis dan mengganggu sepatutnya perlu mendapatkan penanganan khusus agar tidak berbahaya.

Kesepian bisa berbahaya, mengapa?

Studi yang dimuat dalam jurnal psikologi tahun lalu menyatakan bahwa kesepian itu berbahaya. Seseorang yang merasa kesepian itu memiliki risiko lima puluh persen kematian lebih tinggi ketimbang orang yang tidak merasa kesepian.

Sebegitu bahayanya kesepian karena ancaman psikologis yang tidak disadari daripada orang yang tidak mengalaminya.

Lebih lanjut bahwa orang yang merasa kesepian akan merasa dirinya negatif dan pesimis sehingga menurunkan imunitas tubuh.

Saat kekebalan tubuh menurun, bukan tidak mungkin begitu mudah terserang penyakit kronis dan risiko penyakit lainnya.

Butuh orang untuk berbicara? Kirim pesan konseling@ruanita.com.