Setiap orang yang merayakan hari ulang tahun selalu mendapatkan ucapan dan doa dari orang sekitar agar orang yang berulangtahun tersebut senantiasa sehat sentosa. Mengapa? Sehat itu mahal harganya.
Jika kita berada di luar Indonesia, saat kita bersin maka orang-orang di sekitar kita akan mengucapkan “Bless you” atau orang-orang di Jerman mengatakan “Gesundheit” kepada mereka yang bersin di sekitar mereka. Arti dua ucapan tersebut adalah orang-orang di sekitar kita berharap kita sehat dan baik-baik saja.
Itu sebab ada paradoks yang menyebutkan sehat adalah investasi. Anda bisa bayangkan sendiri saat ini bahwa sehat adalah impian setiap orang.
Hidup di luar Indonesia bukan berarti kita menjadi gagap soal literasi kesehatan. Kita perlu juga membekali diri terhadap berbagai risiko dan penanganan medis, bila hal buruk terjadi pada kita. Cari tahu berbagai informasi tentang asuransi kesehatan dan layanannya, sarana/fasilitas kesehatan hingga bagaimana kita membekali diri sendiri tentang kesehatan.
Lalu mengapa literasi kesehatan itu penting dibicarakan?
Ada banyak penyebab penyakit yang kita ketahui disebabkan oleh gaya hidup. Siapa bisa menebak bahwa begitu mudahnya kita terserang penyakit saat ini, terutama saat pandemi masih melanda dunia.
Oleh karena itu, literasi kesehatan dipandang sebagai promosi agar seseorang dapat melakukan perubahan perilaku yang mempengaruhi kesehatannya.
Pertama, kita akan membahas apa sih literasi kesehatan itu?
Literasi kesehatan secara umum mencakup pengetahuan, motivasi dan keterampilan orang untuk menemukan, memahami, menilai dan menerapkan informasi kesehatan yang relevan dalam berbagai bentuk untuk membuat penilaian dalam kehidupan sehari-hari dan di bidang manajemen penyakit, pencegahan penyakit dan promosi kesehatan sehingga kita bisa membuat dan membuat keputusan mempertahankan atau meningkatkan kualitas hidup mereka sepanjang hidup mereka (Sörensen, 2012).
Literasi kesehatan begitu penting sebagai kecakapan hidup di masa kini.
Bukankah kini kita bisa dengan mudahnya mencari tahu tentang apa saja lewat smartphone?
Bukankah kita bisa mencari tahu dengan berkunjung ke perpustakaan?
Bukankah kita juga bisa tanya langsung ke dokter keluarga?
Kita juga bisa mendiskusikan tema-tema kesehatan di masyarakat agar kita punya bekal informasi yang tepat dan benar.
Literasi kesehatan membantu kita untuk mengetahui aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi kesehatan kita. Misalnya, kita bisa mencegah hal-hal buruk terjadi setelah kita membekali diri dengan informasi yang benar. Literasi kesehatan juga memberdayakan individu untuk mandiri dalam menentukan perilaku dan cara hidup yang sesuai dengan kesehatan.
Berbagai kampanye dan edukasi dilakukan agar masyarakat dan publik tahu betul mengenai pentingnya mencegah dan melindungi diri sendiri. Mengedukasi diri sendiri berarti kita “melek” literasi kesehatan dan berusaha mencari tahu informasi yang benar dan tepat. Pemerintah dan instusi yang berwenang pun bertanggungjawab menjadi sumber informasi kesehatan yang tepat dan benar.
Literasi kesehatan tidak hanya menjadi bagian dari promosi keterampilan diri, melainkan juga sebagai bentuk advokasi diri. Kita berhak tahu sebagai pasien berbagai tindakan medis yang dilakukan tenaga kesehatan.
Melek literasi kesehatan di masa kini perlu dilakukan agar pasien dapat mengadvokasi diri sendiri dalam pengaturan medis. Literasi keterampilan pun mudah, cepat dan praktis yang memungkinkan kebutuhan pasien terjawab.
Sudah saatnya kini kita sadar dan mandiri untuk meningkatkan keterampilan literasi. Hal ini untuk mencegah dan meminimalisir risiko yang tidak kita ketahui. Adanya layanan kesehatan digital memungkinkan siapa saja mampu merawat diri dan memahami konsep probabilitas risiko penyakit.