(RUMPITA) Rasanya Kuliah di Luar Negeri

Nadia dan Fadni adalah mahasiswa Pascasarjana yang kini belajar di Jerman. Berawal dari impian mereka ingin kuliah di Jerman, mereka mulai studi sarjana di Jerman kemudian melanjutkan lagi studi sambil mencari peluang pekerjaan.

Nadia sendiri bercerita bahwa biaya kuliah berawal dari pemberian orang tua, hingga akhirnya dia sendiri harus mencari cara agar bisa mandiri dan mencoba berbagai peruntungan di Jerman.

Sebagai informasi, kuliah di Jerman tidak selalu bergantung pada daftar kehadiran mahasiswa. Namun ini menjadi kendala Nadia ketika dia mendapatkan pekerjaan sampingan yang tidak bisa serta merta menjadi fleksibel untuk mengatur jadwal kuliah.

Di tempat studi Nadia, daftar hadir mahasiswa itu wajib diperhatikan sehingga mahasiswa yang ingin kuliah sambil kerja perlu memperhatikan hal ini.

Nadia mengalami betapa beratnya harus kuliah sambil bekerja di Jerman. Istilah “Kuliah atau Kuli, Ah” menjadi julukan disematkan ketika mahasiswa berusaha mandiri untuk mencukupi biaya hidup di luar negeri.

Nadia menjelaskan bahwa mahasiwa di Jerman bisa bekerja dengan standar upah 450€ per bulan yang tidak kena potongan pajak. Mahasiswa juga perlu memperhatikan jumlah jam kerja yang disyaratkan, sehingga mahasiswa tidak boleh melebihi aturan tersebut.

Sementara Fadni bersyukur bahwa biaya kuliah ditanggung oleh orang tua tetapi Fadni tetap berusaha mencari mini jobs untuk melihat peluang liburan ke negeri tetangga.

Fadni menggambarkan pengalaman kerja yang kerap tak menetap, sekitar 1 bulan, 3 bulan bahkan pernah 1 tahun. Pengalaman menarik ketika Fadni harus bekerja sebagai Houskeeper di hotel dimana selama ini Fadni hanya sebagai tamu di hotel.

Sebagai pekerja hotel, Fadni akhirnya memutuskan berhenti bekerja. Dia harus banyak bekerja di hari Sabtu dan Minggu terutama pengalaman Fadni yang tidak nyaman dan tak enak untuk membersihkan kamar mandi dan kamar tidur tamu hotel.

Pengalaman kerja yang membuat stres untuk Fadni adalah mengantarkan makanan ke pelanggan, terutama saat jam makan tiba. Pekerjaan itu membuat sangat hectic, apalagi di area kota besar seperti Berlin.

Pekerjaan demi pekerjaan ditekuni Fadni dan Nadia dengan harapan melatih kemandirian mereka selama berada di luar negeri.

Bagaimana pun pekerjaan tersebut melatih mental mereka untuk tidak bergantung pada orang tua dan menghadapi suka duka berhadapan dengan orang-orang dari berbagai latar belakang. Belum lagi muncul berbagai streotype Nadia dan Fadni yang berasal dari Asia, yang dianggap sebagai pekerja penurut.

Bagaimana kisah pengalaman mereka yang sedang kuliah sambil bekerja di Jerman?