(SIARAN BERITA) Workshop Kewirausahaan Perempuan: Penyusunan Business Plan

JERMANBusiness plan atau rencana bisnis adalah hal mendasar untuk kesuksesan suatu bisnis. Sebagai inti dari sebuah bisnis, rencana bisnis harus bisa menyakinkan banyak pihak yang bisa membantu berkembangnya suatu bisnis, contohnya pemberi modal.

Rencana faktor keberhasilan model bisnis juga akan dijelaskan dalam rencana bisnis, seperti jasa atau produk, target konsumen, pemasukan dan pengeluaran. Karena alasan-alasan tersebut, rencana bisnis merupakan dokumen yang paling penting dalam pembuatan atau pengembangan suatu bisnis.

Menindaklanjuti seminar pada tahun 2022 dengan tema „Kewirausahaan Perempuan di Indonesia“, tahun ini Ruanita menyelenggarakan workshop penyusunan business plan. Dalam workshop ini akan dibahas tiga tema penting, yaitu cara menjadi wirausaha perempuan, bagaimana menulis business plan, dan cara mengembangkan model keuangan. Diharapkan dengan workshop ini akan muncul lebih banyak lagi wirausaha perempuan Indonesia di mancanegara, terutama di Eropa. 

Workshop akan dibagi ke dalam dua pertemuan, yaitu pada hari sabtu, tanggal 13 dan 20 Mai 2023, pada pukul 10.00-12.00 CEST atau 15.00-17.00 WIB. Acara workshop akan dipandu oleh moderator Sartika Kurniawan, yang juga merupakan pengusaha perempuan di Spanyol dan dibuka dengan sambutan dari Syafiih Kamil selaku CEO dari Java Foundation Amsterdam.

Narasumber Dessy Rutten yang merupakan ekonom senior, wirausaha perempuan, dan dosen tidak hanya akan berbicara tentang tiga tema yang telah disebutkan di atas, namun pada sesi terakhir di pertemuan kedua juga akan memberi masukan pada business plan yang akan disusun peserta setelah workshop hari pertama dan dikirimkan kepada panitia penyelenggara. 

Workshop ini akan berlangsung secara virtual dan bisa diikuti dengan mendaftarkan diri sebelumnya melalui bit.ly/workshop-ruanita dengan biaya sebesar lima (5) Euro.

Peserta diharapkan sudah atau berencana memiliki usaha dan bersedia mempraktikan pembuatan proposal bisnis. Panitia juga akan memberikan sertifikat elektronik kepada peserta yang hadir penuh selama dua hari dan mengirimkan proposal bisnis yang mereka susun.

Tujuan diselenggarakannya acara pelatihan penulisan proposal bisnis ini, selain bentuk dari tindak lanjut dari seminar bertemakan kewirausahaan perempuan di Eropa pada Februari 2022 lalu adalah peserta memiliki kapasitas rencana bisnis dan mempraktikan ilmu yang sudah didapatkan dengan menyusun rencana bisnis.

RUANITA (Rumah Aman Kita) Indonesia adalah komunitas diaspora Indonesia yang dibentuk untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman seputar permasalahan psikologis dan kehidupan di luar negeri. Tujuan diberdirikannya RUANITA adalah untuk mempromosikan isu kesehatan mental, psikoedukasi serta berbagi praktik baik tentang keterampilan diri untuk tinggal di luar Indonesia. 

(SIARAN BERITA) Diskusi Online Hari Perempuan Internasional 2023

DENMARK – Setiap tahunnya seluruh dunia, terutama perempuan, merayakan Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada tanggal 8 Maret.  Pada tanggal tersebut dirayakannya prestasi-prestasi perempuan seperti di bidang sosial, ekonomi, kebudayaan, kesehatan, dan politik yang sayangnya masih dianggap sebelah mata oleh masyarakat dunia.

Padahal kita, baik perempuan maupun pun laki-laki, mempunyai kemampuan yang sama. Kesetaraan gender di beragam bidang ini yang menjadi prinsip dan misi dari peringatan Hari Perempuan Internasional setiap tahunnya. 

Menurut internationalwomensday.com, tema dari peringatan Hari Perempuan Internasional 2023 adalah embrace equity, yang berarti setiap orang diberi kesempatan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, bukan hanya kesempatan yang sama dengan orang lain. Tujuan utama dari kampanye ini adalah untuk membuat seluruh dunia menyadari, bahwa kesetaraan kesempatan yang sama tidak cukup.

Untuk mendapatkan hasil dan kesuksesan yang sama maka semua orang mungkin mempunyai kebutuhan berbeda untuk mencapai tujuan yang sama. Tentu saja topik ini tidak cukup hanya untuk dibicarakan dan dituliskan, namun juga dipikirkan dan menjadi bahan diskusi, agar semua orang menjadi bagian dari penyelesaian masalah.

Seperti tahun lalu, Rumah Aman Kita (RUANITA) selaku komunitas Indonesia di luar Indonesia yang aktif mempromosikan isu kesetaraan gender maka RUANITA menggelar diskusi virtual. Tahun lalu RUANITA mengambil tema: Kenali Hak dan Tingkatkan Ketahanan di Luar Negeri bersama para aktivis perempuan.

Tahun 2023 ini diskusi bertema kepemimpinan perempuan di ruang publik yang menghadirkan akademisi. Acara ini masih merupakan rangkaian dari kegiatan peringatan Hari Perempuan Sedunia yang diselenggarakan oleh Ruanita sejak Februari lalu.

Follow us: ruanita.indonesia

Bulan Februari lalu Ruanita bekerja sama dengan KBRI Berlin dan APPBIPA Jerman menyelenggarakan pelatihan penulisan selama dua hari yang juga diselenggarakan secara virtual.

Untuk mengapresiasi peserta pelatihan, naskah peserta yang bertemakan sama dengan tema diskusi virtual ini, yaitu „Kepemimpinan Perempuan di Ruang Publik“ dipublikasikan di website Ruanita dan APPBIPA, serta akan dibukukan. 

Acara diskusi virtual ini terbuka untuk umum bagi warga negara Indonesia di mana pun. Acara ini bisa dihadiri tanpa pendaftaran dengan mengakses tautan Zoom bit.ly/ruanita-diskusi-virtual pada hari Sabtu, 11 Maret 2023, pukul 16.00-18.00 WIB (10.00-12.00 CET).

Diskusi virtual ini didukung sepenuhnya oleh KBRI Kopenhagen, Denmark dan akan dibuka secara resmi oleh Duta Besar RI untuk Denmark dan Lithuania atau yang mewakili dari KBRI Kopenhagen, Ibu Rizka Azizah.  

Acara akan dipandu oleh Mariska Ajeng (relawan Ruanita dan mahasiswa S3 di Universitas Hamburg). Pemateri pertama adalah Gopala Sasie Rekha, staf akademisi di Universitas Winchester, Inggris. Beliau aktif meneliti di bidang perdagangan manusia.

Pemateri kedua adalah Yacinta Kurniasih, staf akademisi di Universitas Monash, Australia. Yacinta aktif memperkenalkan bahasa dan kebudayaan Indonesia di mancanegara.

Tujuan diselenggarakannya acara ini adalah mendorong semua pihak agar melibatkan partisipasi perempuan tidak hanya di sektor domestik saja tetapi juga sektor publik melalui kepemimpinan perempuan di berbagai bidang.

Kami berharap diskusi ini dapat merekomendasikan kebijakan luar negeri yang mendorong peran semua pihak untuk menekan kasus perdagangan perempuan di mancanegara sehingga tercipta banyak peluang pekerjaan untuk perempuan dan meningkatkan peran perempuan Indonesia dalam keluarga birasial agar menjadi panutan dalam kehidupan bermasyarakat di mancanegara.

RUANITA (Rumah Aman Kita) Indonesia adalah komunitas orang Indonesia di luar Indonesia yang dibentuk untuk berbagi pengetahuan, pengamatan dan pengalaman seputar permasalahan psikologis dan praktik baik kehidupan di luar negeri. Tujuan didirikannya RUANITA adalah untuk mempromosikan psikoedukasi, keseteraan gender serta berbagi praktik baik tentang keterampilan diri untuk tinggal di luar Indonesia. 

Informasi: Mariska Ajeng, tinggal di Jerman (email: info@ruanita.com

Rekaman acara ini bisa disaksikan sebagai berikut:

Tolong subscribe kanal YouTube kami

(SIARAN BERITA) Workshop Warga Menulis 2023: Kepemimpinan Perempuan di Ruang Publik

JERMAN – Pada tahun 2019 tercatat lebih dari tiga juta WNI tinggal di luar negeri. Sayangnya sampai saat ini jumlah WNI di luar negeri yang aktif menuliskan pengalamannya tinggal di luar negeri melalui blog pribadi atau buku masih sangat minim, padahal pengalaman dan pengamatan mereka bisa memberikan inspirasi bagi orang lain, terutama pembaca di Indonesia. 

Data UNESCO menyebutkan, bahwa minat baca warga Indonesia masih sangat rendah, bahkan menduduki peringkat dua terbawah tingkat dunia, yakni hanya 0,001% atau berarti dari 1000 orang, hanya satu orang yang membaca.

Padahal jumlah buku yang terbit di Indonesia dalam setahun cukup tinggi, yakni 30.000 buku. Jumlah ini bahkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan Jerman yang menerbitkan 72.000 judul buku pada tahun 2021. 

Salah satu platform yang aktif menerbitkan tulisan-tulisan tentang pengalaman tinggal di luar negeri adalah Rumah Aman Kita (RUANITA). Pengalaman-pengalaman tersebut ditulis oleh dan ditujukan untuk perempuan Indonesia yang tinggal di mancanegara dengan mengedepankan tema psikoedukasi, sosial, dan budaya, yang mungkin masih tabu dibahas secara pribadi.

Tidak menutup kemungkinan banyak WNI, terutama perempuan, di mancanegara yang membutuhkan informasi terkait tema-tema tersebut, namun tidak mempunyai tempat untuk bertanya.

Alasan tersebut di atas membuat RUANITA selaku komunitas Indonesia di luar Indonesia, yang juga aktif mempromosikan isu keseteraan gender, bekerja sama dengan Afiliansi Pengajar dan Pegiat Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (APPBIPA) Jerman menggelar Workshop Jurnalisme Warga.

Workshop yang diselenggarakan dua hari melalui kanal Zoom pada hari sabtu dan minggu, 4-5 Februari 2023, pukul 16.00-18.00 WIB (10.00-12.00 CET) ini juga merupakan rangkaian acara peringatan hari Perempuan sedunia yang jatuh pada tanggal 8 Maret setiap tahunnya dan menjadi bagian program RUANITA yang mendokumentasikan pengalaman dan pengamatan warga Indonesia di mancanegara yang digelar tiap tahun.

Follow us: @ruanita.indonesia

Program tahun ini berjudul: kepemimpinan perempuan di ruang publik. Acara ini diikuti oleh maksimal 30 peserta dari mancanegara, yang terlebih dahulu telah mendaftarkan diri melalui tautan bit.ly/workshop-ruanita dan membayarkan biaya pendaftaran sebesar lima Euro. Peserta workshop akan mendapatkan sertifikat elektronik. 

Acara ini akan dibuka oleh Prof. Dr. Ardi Marwan selaku Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Berlin Jerman dan dimoderatori langsung oleh Ketua APPBIPA Jerman Andi Nurhaina, sedangkan narasumber acara ini adalah Abdul Manan, ketua majelis etik nasional Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI).

Acara hari pertama akan dibagi ke dalam dua sesi. Sesi pertama diisi dengan pemaparan tentang mitos, dan fakta penulisan, sedangkan sesi kedua bertema teknik penulisan.

Tidak hanya teori, peserta juga akan diajak mempraktikan ilmu yang mereka dapatkan dengan memproduksi tulisan dengan tema kepemimpinan perempuan di ruang publik. Pada hari kedua tulisan tersebut akan dievaluasi bersama.

Tujuan diselenggarakan acara workshop penulisan ini adalah untuk mendorong warga Indonesia di mancanegara untuk giat menulis pengalaman dan pengamatannya, khususnya sebagai bentuk pendokumentasian pengalaman dan pengamatannya tentang kepemimpinan perempuan di ruang publik, dan pada umumnya tema-tema lain yang berkaitan dengan perempuan, yang masih dirasa minim.

Tidak hanya itu, workshop ini juga bertujuan untuk menampilkan artikel/tulisan warga Indonesia yang mungkin bisa menjadi memacu peningkatan angka partisipasi perempuan di ruang publik di Indonesia. Tulisan yang terpilih tidak hanya akan dipajang di halaman elektronik Ruanita dan APPBIPA Jerman namun juga akan dibukukan. 

RUANITA (Rumah Aman Kita) Indonesia adalah komunitas diaspora Indonesia yang dibentuk untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman seputar permasalahan psikologis dan kehidupan di luar negeri. Tujuan diberdirikannya RUANITA adalah untuk mempromosikan isu kesehatan mental, psikoedukasi serta berbagi praktik baik tentang keterampilan diri untuk tinggal di luar Indonesia. 

Informasi: Mariska Ajeng, tinggal di Jerman (email: info@ruanita.com

(SIARAN BERITA) Keindonesiaan di Luar Indonesia dalam Perspektif Hak Asasi Manusia

NORWEGIA – Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai anugerah dari Tuhan, HAM wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, pemerintah dan setiap orang di dunia ini tanpa kecuali.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal HAM dan Hak Warga Negara (HWN). HAM berlaku secara universal yang melekat dalam diri manusia sejak ia lahir. HAM sendiri telah dideklarasikan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 yang memuat 30 pasal yang diterima secara umum untuk kesejahteraan bersama.

Sementara HWN adalah hak yang diperoleh seseorang sebagai warga negara yang hidup di suatu negara, biasanya diatur secara langsung atau tidak langsung oleh negara yang bersangkutan.

Tak semua memahami perbedaan HAM dan HWN. HAM melekat dalam diri manusia yang tidak terbatas sedangkan HWN dibatasi oleh aturan negara yang menaunginya. Sementara HAM berlaku sama untuk setiap manusia di bumi, HWN dapat berbeda antar satu negara dengan negara lainnya.

Namun dibalik perbedaan tersebut terdapat pula persamaan antara HAM dengan HWN seperti hak mendapatkan kehidupan yang layak, hak untuk mendapatkan menjalankan ibadah sesuai keyakinannya, dan lain sebagainya.

Berkaitan dengan HAM dan HWN, istilah ‘Keindonesiaan’ mencuat ketika orang-orang ramai memperbincangkan sampul warna paspor yang dimiliki. Memahami keindonesiaan seolah-olah dipandang hanya mereka yang benar-benar cinta Indonesia dari kepemilikan warna paspor.

Realitas Indonesia dan keindonesiaan memang perlu pembacaan dan analisis yang multiperspektif, yang tidak mudah dipahami secara sederhana dan linier.

Follow us ruanita.indonesia

Oleh karena itu, pandangan integratif memahami keindonesiaan dirasakan penting untuk warga Indonesia di mancanegara melalui forum Diskusi Online yang diselenggarakan dalam rangka peringatan Hari Hak Asasi Manusia Sedunia pada hari Sabtu 10 Desember 2022.

Diskusi Online ini diadakan atas inisiatif warga Indonesia yang tergabung dalam RUANITA (Rumah Aman Kita) bekerjasama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Oslo, Norwegia. Untuk mengawali dialog, Prof. DR. Todung Mulya Lubis selaku Duta Besar RI untuk Norwegia dan Islandia akan memantik diskusi apakah kewarganegaraan tersebut merupakan pilihan hak asasi manusia.

Selanjutnya dalam diskusi online, perspektif lintas batas akan disampaikan oleh Novi, seorang ex WNI yang tinggal di Norwegia tentang pengalaman nasionalisme yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.

Narasumber selanjutnya adalah Ita Fadia Nadia yang berbicara perjuangan perempuan penyintas tragedi 1965 dan Yantri Dewi yang akan mempertegas pilihan kewarganegaraan bagi perempuan pelaku kawin campur. Diskusi Online juga ditutup oleh pemaparan Amiruddin, Komisioner Komnas HAM RI yang berbicara tentang kewarganegaraan dan hak asasi manusia.

Diskusi online ‘Keindonesiaan di Luar Indonesia dalam Perspektif HAM’ akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Desember 2022 pukul 10.00 CET/16.00 WIB melalui aplikasi Zoom dan dibuka untuk umum. Selain itu, diskusi online ini menjadi penutup rangkaian peringatan kampanye 16 hari yang diselenggarakan RUANITA dalam rangka peringatan Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan yang dimulai dari 25 November 2022.

RUANITA – Rumah Aman Kita adalah komunitas Indonesia di mancanegara yang bertujuan untuk mempromosikan psikoedukasi, kesetaraan gender dan berbagi praktik baik tinggal di luar negeri. Ruanita adalah wadah berbagi ilmu, pengalaman dan cerita serta praktik baik untuk tinggal di luar negeri serta mengangkat tema sosial, budaya dan psikologi yang mungkin tidak populer dalam narasi publik. Dalam pelayanannya, Ruanita menggunakan Bahasa Indonesia serta menjunjung tinggi nilai personalitas, solidaritas, dan subsidiaritas.

Informasi: Retno Aini Wijayanti (info@ruanita.com)

Rekaman acara bisa disaksikan sebagai berikut:

(SIARAN BERITA) Kesehatan Mental: Wajib Tahu, Bukan Tabu

SWEDIA – Akhir-akhir ini isu kesehatan mental mulai ramai dibicarakan di tengah masyarakat. Beberapa orang terkenal, khususnya dari Indonesia mulai membuka diri dengan bercerita tentang gangguan kesehatan mental yang mereka alami.

Respon dari masyarakat beragam, banyak yang mengutarakan dukungannya, namun banyak juga yang menyangkal dan beranggapan gangguan mental adalah bukti kurangnya iman.

Padahal kesehatan mental erat kaitannya dengan faktor genetis, perubahan hormon, dan/atau situasi hidup, misalkan disebabkan oleh pandemi yang sudah berlangsung tiga tahun ini.

Stigma sosial dan juga kurangnya pemahaman tentang kesehatan mental membuat banyak penderitanya memilih untuk menyembunyikan diri dan tidak menerima pengobatan atau terapi yang dibutuhkan.

Hambatan lain bagi kesembuhan gangguan mental adalah sulit ditemukannya layanan kesehatan mental (ahli profesional dan rumah sakit) yang terjangkau, baik secara jarak dan biaya.

Para WNI yang tinggal di luar Indonesia, khususnya di Eropa, mungkin lebih beruntung. Akses yang mudah ke layanan kesehatan mental dan minimnya stigma membuat gangguan kesehatan mental lebih cepat ditangani oleh ahlinya.

Walau begitu, banyak dari mereka yang memilih untuk tetap merahasiakan tentang gangguan mentalnya dari teman-teman dan keluarganya sambil tetap menerima pengobatan yang mereka perlukan, padahal teman dan keluarga merupakan dukungan sosial yang sangat mereka butuhkan untuk sembuh.

Rumah Aman Kita (RUANITA) selaku komunitas Indonesia di luar Indonesia yang aktif mempromosikan isu kesehatan mental bekerja sama dengan Swedish Indonesian Society (SIS) menggelar diskusi virtual bertema kesehatan mental untuk memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia 2022 yang jatuh pada tanggal 10 Oktober setiap tahunnya.

Diskusi virtual dengan judul „Kesehatan Mental: Wajib Tahu, bukan Tabu“ ini didukung sepenuhnya oleh KBRI Stockholm, Swedia. Acara akan berlangsung melalui kanal Zoom pada hari Minggu, 09 Oktober 2022, pukul 15.00-17.00 WIB (10.00-12.00 CEST).

Acara diskusi virtual ini terbuka untuk umum bagi warga negara Indonesia di mana pun dan bisa dihadiri tanpa pendaftaran dengan mengakses tautan Zoom: bit.ly/webinar-ruanita-sis. Diskusi virtual ini akan dibuka secara resmi oleh Duta Besar RI untuk Swedia dan Latvia, Kamapradipta Isnomo.

Follow us ruanita.indonesia

Acara akan dipandu oleh moderator Christophora Nismaya (relawan Ruanita dan mahasiswa Indonesia di Jerman), sedangkan narasumber-narasumber acara ini adalah Iwa Mulyana selaku Protokoler Konsuler KBRI Stockholm, Estrelita Gracia konselor cross-cultural trauma founder Momentaizing di Taiwan, Isabel Nielsen selaku konsultan asuransi kesehatan di Swedia, dan Jessika penyitas sekaligus mahasiswa di Swedia.

Tujuan diselenggarakannya acara ini adalah untuk membagi pengalaman mengakses layanan kesehatan mental bagi WNI yang berada di luar negeri, terutama Swedia, negara yang terkenal memiliki layanan terbaik di dunia bagi orang dengan gangguan mental.

Kedua, memberikan edukasi yang benar dan tepat tentang kesehatan mental untuk mematahkan stigma yang ada di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

Ketiga, untuk mendorong pemerintah Indonesia lewat perwakilannya di mancanegara untuk memberikan layanan kesehatan mental bagi warga Indonesia di luar negeri. 

RUANITA (Rumah Aman Kita) Indonesia adalah komunitas diaspora Indonesia yang dibentuk untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman seputar permasalahan psikologis dan kehidupan di luar negeri. Tujuan diberdirikannya RUANITA adalah untuk mempromosikan isu kesehatan mental, psikoedukasi serta berbagi praktik baik tentang keterampilan diri untuk tinggal di luar Indonesia. 

Informasi: Mariska Ajeng, tinggal di Jerman (email: info@ruanita.com)

Rekaman acaranya bisa disimak sebagai berikut:

Tolong Subscribe kami ya.

(SIARAN BERITA) Jangan Maklum dengan Pikun

JERMAN – Ruanita, Alzi Jerman dan Alzi Belanda berkerja sama menyelenggarakan dialog daring dengan tema “Mengenal Alzheimer, Faktor Resiko, dan Cara Mengurangi Resikonya“ untuk memperingati Hari Alzheimer Sedunia yang jatuh pada tanggal 21 September lalu. Peringatan daring ini diselenggarakan pada hari Sabtu (24/09) pada pukul 10.00 CEST atau 15.00 WIB.

Selain untuk memperingati Hari Alzheimer Sedunia, acara ini juga bertujuan untuk memperkenalkan komunitas Alzheimer Indonesia Jerman (Alzi Jerman) dan Yayasan Alzheimer Indonesia di Nederland (Alzi Ned), memberikan informasi yang tepat tentang Alzheimer ke masyarakat, serta membangun dukungan sosial kepada keluarga dan caregiver Orang Dengan Demensia (ODD).

Konsul Jendral RI di Frankfurt Jerman, Asep Somantri memberikan dukungan penuhnya dan mengapresiasikan acara ini. Hal tersebut tertuang dalam sambutan saat membuka acara secara daring. Menurutnya, acara ini juga merupakan salah satu upaya pencegahan dan penanganan penyakit Alzheimer, yang sampai saat ini, baik obat atau penyebab pastinya belum ditemukan. Walau begitu Asep menekankan, “Ketiadaan obat bukan berarti tidak adanya pengobatan, perawatan, dan dukungan pasca diagnosis. Sesuai dengan himbauan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), hal ini menjadi hak asasi manusia, dan dimasukkan ke dalam perencanaan sistem kesehatan nasional“.

Asep juga menyampaikan, menurut laporan Alzheimer tahun 2002, pada tahun 2030 akan ada 2 juta orang dengan demensia di Indonesia dan akan berlipat ganda menjadi 4 juta orang pada tahun 2050. Karena itu, pemerintah RI melalui Kementerian Kesehatan memberikan perhatiannya dengan mengembangkan sistem kesehatan dan sosial, serta memberikan dukungannya kepada caregiver. Dari acara ini Asep berharap, „Langkah yang sangat baik ini terus dilanjutkan dan terus ditingkatkan. Mengingat pentingnya membangun kesadaran Alzheimer dari kita semua, sehingga kita mampu mengenali, mencegah, dan menangani Alzheimer secara baik, […] sehingga kualitas hidup (penderitanya) tetap terjaga dan bisa terus produktif“.

Sesi pertama diisi oleh narasumber Rudin Sumbajak, ketua Selindo (Senioren Lansia Indonesia) dan juga Koordinator Wilayah Sementara komunitas Alzi Jerman. Rusdin menjelaskan, berdirinya Alzi Jerman dua tahun lalu merupakan ide dari Konjen KJRI Frankfurt saat itu dan Amalia Fonk-Utomo (Yayasan Alzi Ned) karena semakin banyaknya orang tua Indonesia di Jerman. Ia melanjutkan, berdirinya Selindo (dahulu bernama Lansia Indonesia) merupakan usulan dari Damos Agusman, Konsul KJRI Frankfurt pada tahun 2013 sebagai sebuah perkumpulan untuk lansia agar bisa saling membantu satu sama lain, “Kegiatan Selindo (bertujuan) untuk meringankan hidup lansia dengan bersuka cita bersama-sama. Setiap tiga bulan kami merayakan ulang tahun (anggota) dengan makan-makan“, tambahnya.

Selindo juga membantu anggotanya yang mempunyai masalah, seperti terkena penyakit demensia atau hidup sendiri tanpa keluarga. Selindo juga aktif melibatkan pemerintah Jerman dan Indonesia melalui kerja sama dengan organisasi-organisasi Alzheimer Jerman yang berada di bawah naungan Bundesministerium für Familie, Senioren, Frauen und Jugend (Kementerian federal bidang keluarga, lansia, perempuan, dan remaja) dan komunitas Alzi Jerman. Rudin menambahkan, sampai saat ini Selindo dan komunitas Alzi Jerman masih berada di bawah pengurus yang sama, namun di masa depan kedua organisasi tersebut akan terpisah. Ia juga berharap akan ada koordinasi lebih baik dengan kelompok masyarakat di setiap kota sebagai penolong Alzi Jerman.

Sesi kedua diisi oleh narasumber Amalia Fonk-Utomo, founder Yayasan Alzheimer Indonesia Nederland (Alzi Ned). Saat ini Amalia juga menjabat sebagai dewan penasihat Yayasan Alzheimer Indonesia di Jakarta dan juga Head Accreditation Alzheimer Disease International di London, Inggris. Saat acara berlangsung, Amalia sedang berada di Jakarta untuk menghadiri konferensi nasional tentang demensia dengan berjudul „Demensia, lalu bagaimana?“, yang dihadiri tidak hanya oleh multiprofesi tetapi juga ODD.

Alzi Ned berdiri sejak tahun 2016 dan mempunyai visi untuk meningkatkan kualitas hidup orang dengan demensia (ODD), keluarga, dan caregiver-nya yang berlatar belakang Indonesia di Belanda. Amalia menjelaskan tiga pilar Alzi Ned, yakni 1) risk reduction atau kegiatan untuk mengurangi faktor resiko demensia, seperti brain gym atau senam otak, 2) meaningful engagements atau kegiatan-kegiatan bermakna untuk mengaktifkan otak, olah raga, dan mendekatkan hubungan dengan keluarga atau teman; dan 3) edukasi tentang Alzheimer. Amalia juga mengajak semua peserta acara untuk melakukan brain gym bersama dengan menyaksikan salah satu video yang tersedia di YouTube Alzheimer Indonesia. „Tidak hanya brain gym, di sana [Youtube] juga bisa ditemukan banyak video informasi tentang Alzheimer yang bisa kita pakai untuk sosialisi di Indonesia“, lanjut Amalia.

Amalia menjelaskan kegiatan Alzi Ned melingkupi kerja sama dengan pemerintah Belanda, pemerintah RI melalui KBRI dan/atau KJRI sebagai bentuk dukungan dari Kementerian Luar Negeri RI, dan masyarakat Indonesia di Belanda. Ia juga menekankan, bahwa demensia dan Alzheimer bukan hanya urusan lansia, tapi juga semua orang, karena jika seseorang terkena demensia atau Alzheimer maka yang terkena dampaknya juga keluarga dan orang-orang terdekatnya.

Dialog daring ini juga diisi oleh pemaparan ahli dari Sven Juda, B.Sc. mahasiswa jurusan Psychology and Neurosience Universitas Maastrich, Belanda. Sven memulai presentasinya dengan menjabarkan perbedaan penyakit demensia dan Alzheimer. Menurutnya, demensia dan Alzheimer tidak sama tetapi sangat mirip. Demensia adalah gangguan kemampuan kognitif yang meliputi kemampuan belajar dan mengingat, berbicara, mengambil keputusan, konsentrasi, motorik, dan hubungan sosial. Gangguan ini menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari dan menjadi penyebab turunnya kualitas hidup penderitanya. Sedangkan Alzheimer adalah salah satu penyakit yang bisa menyebabkan demensia. Alzheimer merupakan indikasi terjadinya mutasi gen pada penderita atau memiliki sejarah keluarga dengan penyakit ini.

Menurutnya, gejala-gejala penyakit ini datang perlahan, namun konstan tanpa berhenti. Gejala-gejala umum demensia Alzheimer, yaitu gangguan daya ingat, susah komunikasi, sulit fokus, menarik diri dari kehidupan sosial, dan sebagainya. Sven kembali menekankan, „Demensia ini bukan Alzheimer dan Alzheimer ini bukan demensia. Penyakit Alzheimer ini adalah satu penyakit yang bisa menjadi sumber demensia, seperti Parkinson, tetapi memang benar 60-80% penyebab penyakit demensia adalah Alzheimer“.

Sampai saat ini penyebab Alzheimer masih belum ditemukan pasti, namun Sven menjelaskan, pada otak ODD ditemukan zat protein Beta-Aminoid berlebihan yang bertanggung jawab pada kerusakan neuron. Neuron yang rusak ini tidak bisa lagi menyerap nutrisi dan akhirnya mati. Sayangnya, penelitian tentang Alzheimer masih hanya sampai di situ dan peneliti belum bisa mengungkap penyebab terjadinya aktivitas beta-aminoid tersebut, kecuali kemungkinan adanya faktor genetis. Tipe Alzheimer inilah yang 95% terjadi di masyarakat, sedangkan 5% lainnya disebabkan mutasi gen, seperti Down Syndrom. Demensia tipe ini bisa menyerang orang di bawah umur 60 tahun.

Sven menyebutkan faktor-faktor untuk mengurangi risiko demensia, yaitu makan sehat, berolah raga, mengurangi asupan gula, konsumsi alkohol terbatas, dan sebagainya. Dia juga mengatakan, bahwa kesehatan jantung sangat penting. Dengan jantung sehat, maka kemungkinan terkena Alzheimer pun menurun. Sven menekankan, “jika seseorang sudah terkena demensia, (gejala-gejalanya) susah dihentikan dan kondisi penderita akan semakin menurun dan bisa meninggal. Yang bisa dilakukan adalah mendukung kualitas hidup ODD ini, agar ia tidak menderita“. Oleh karena itu, lanjutnya, kita harus mempunyai pengetahuan tentang gejala-gejala Alzheimer, sehingga bisa lebih cepat untuk menanganinya dan aktivitas hidup ODD bisa disesuaikan dengan penyakit ini. Sebelum menutup presentasinya, Sven mengulangi moto Alzheimer Indonesia, yakni “jangan maklum dengan pikun“.

Dalam sesi tanya-jawab, Rusdin menjawab pertanyaan apakah Selindo atau Alzi Jerman hanya sebatas di wilayah kerja KJRI Frankfurt. Menurutnya saat ini Selindo terbuka untuk masyarakat Indonesia di mana pun di Jerman, ia juga berharap akan ada perwakilan Selindo di kota-kota seluruh Jerman dan semua organisasi masyarakat di Jerman bisa menjadi partner Alzi Jerman. Rusdin dan juga Amalia mengungkapkan, keanggotaan Alzi Jerman dan Alzi Ned tidak tertutup bagi masyarakat Indonesia yang sudah berpindah kewarganegaraan.

Tidak hanya pertanyaan yang berkaitan dengan keorganisasian, beberapa pertanyaan yang masuk juga berkaitan dengan penyakit demensia. Salah satunya menanyakan kebenaran, bahwa orang yang tidak berolah raga lebih berisiko terkena Alzheimer. Menurut Sven, “berdasarkan definisinya, Alzheimer bukan hanya penyakit yang menyebabkan penurunan ingatan, tapi  juga kemampuan  koordinasi fisik“. Dia menjelaskan, bahwa, semua olah raga, contohnya lari atau silat membutuhkan koordinasi fisik, sehingga bisa dianggap sebagai ‚brain gym‘. Dia juga mengingatkan kembali, Alzheimer sangat berhubungan dengan kesehatan jantung, dan olah raga merupakan aktivitas yang baik bagi jantung.

Sesi keempat diisi oleh Sofian dan Susanna Juda. Pasangan suami istri yang tinggal di Jerman sejak akhir tahun 80an ini berbagi pengalaman tentang perawatan ibu mereka yang menderita Alzheimer sebelum akhirnya meninggal dunia. Mengawali presentasinya, Sofian menyebutkan beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab Alzheimer pada ibunya, yaitu Diabetes Melitus tipe 2 yang dideritanya dan stroke yang pernah menyerang dua kali. Ia juga menambahkan, empat saudara laki-laki ibunya juga menderita “pikun“, namun masih tanda tanya bagi mereka apakah Alzheimer merupakan penyakit keturunan di keluarga mereka.

Sofian dan keluarganya membuat dasar pengertian sendiri tentang Alzheimer yang menjadi dasar motivasi mereka untuk merawat ibu mereka dengan baik. Pertama Alzheimer adalah perpisahan bertahap, karena perlahan-lahan memisahkan keluarga dengan ODD, kedua Alzheimer adalah penyakit keluarga karena yang lebih menderita adalah keluarga, bukan ODD, ketiga Alzheimer belum bisa diobati, keempat Alzheimer tidak atau mungkin bisa diperlambat; kelima Alzheimer tidak mengenal umur, dan enam Alzheimer bisa menyerang siapa saja. Dengan dasar pengertian itu, mereka sangat memprioritaskan ibu mereka dan menghapus alasan ‚tidak sempat/tidak ada waktu‘ untuk merawatnya. Mereka juga semaksimal mungkin menggunakan teknologi yang ada, karena saat itu ibu mereka berada di Indonesia. Hal ini dicerminkan dengan kontak setiap hari melalui Skype atau Whatsapp, memasang web cam di rumah untuk memantau aktivitas ibu mereka selama 24 jam, contohnya di depan kamar mandi dan dekat tempat tidur.

Sofian juga mengingatkan pentingnya dokumentasi yang baik tentang hasil pemeriksaan darah, obat-obat, juga tekanan darah, gula darah dan berat badan. Dokter-dokter yang ikut menangani ibu mereka tidak saling berkomunikasi tentang obat-obatan yang dikonsumsi ibunya, oleh karena itu daftar obat juga mereka dokumentasikan secara detail dan selalu dibawa setiap konsultasi dengan dokter. Bagi Sofian, “tanggung jawab (akan obat) bukan hanya di tangan dokter, tapi juga di tangan keluarga pasien“, karena keluarga yang memutuskan pengobatan pasien.

Dukungan juga mereka berikan dengan mengirimkan obat-obatan dari Jerman ke Indonesia, mencari penelitian ilmiah terbaru sebagai dasar pengambilan keputusan pengobatan selanjutnya, dan pertukaran informasi dengan dokter kepercayaan. Sofian dan Susanna pulang ke Indonesia setidaknya setahun sekali untuk merawat ibu mereka secara langsung. Mereka percaya perhatian dan waktu adalah pengobatan utama untuk penderita Alzheimer dan tanpa efek samping. Mereka juga selalu meluangkan waktu untuk mencari informasi dan ide perawatan atau stimulasi bagi ibunya, contohnya bermain congklak dan halma sebagai latihan menstimulasi pikiran, fisioterapi dan membuat ketupat sebagai latihan motorik kasar dan halus, berkunjung ke sanak-saudara atau mengikuti kegiatan Alzi Indonesia sebagai kegiatan bersosialisasi. Di acara ini mereka menekankan pentingnya ritme aktivitas sehari-hari penderita Alzheimer, yang seharusnya sama dengan kegiatan mereka sebelum terkena Alzheimer. Mereka mencontohkan kegiatan pagi ibu mereka yang meliputi sarapan dan sembahyang.

Stimulasi memori juga penting bagi penderita demensia. Bagi Sofian, caregiver terbaik bagi ODD adalah keluarga terdekatnya, karena mereka yang mengetahui bagaimana kehidupan dan aktivitas penderita sebelum sakit. Sofian dan Susanna rutin membawa ibu mereka ke tempat-tempat yang dulu pernah atau sering ibu mereka kunjungi, seperti kampung halaman, sekolah anak-anaknya dulu atau memasak makanan yang sering ibunya masak dulu.

Sebelum menutup pengalamannya merawat penderita Alzheimer, Sofian menyarankan keluarga dan caregiver ODD untuk selalu aktif mencari informasi tentang demensia dan jangan pernah menyerah. Dia juga menekankan, menyalahi masa lalu, misalnya karena orang tua penderit dulu tidak berolah raga, hanya membuat keluarga merasa terjebak di masa lalu dan tidak membantu penderita.

Penulis: Mariska Ajeng. Menetap di Hamburg, Jerman. Tulisannya bisa dibaca di http://www.mariskaajeng.wordpress.com

Rekaman ulang acara ini bisa disaksikan di saluran YouTube sebagai berikut:

(SIARAN BERITA) RUANITA Bagikan Cerita Kawin Campur ke Pendengar Radio KIS FM dan Berkunjung ke Redaksi Majalah FEMINA

JAKARTA – Pada Rabu (14/9) RUANITA: Rumah Aman Kita masih melanjutkan rangkaian Media Tour dan berkunjung ke stasiun radio KIS 95,1 FM dan kantor Redaksi Majalah FEMINA. Acara ini bertujuan untuk mempromosikan isu kawin campur yang masih dipandang sebelah mata atau terkesan meromantisasikan kehidupan di luar negeri.

Kunjungan pertama dilakukan ke Radio KIS FM yang mana Anna Knöbl dan Yenni Connell melakukan siaran talkshow on air. Acara bincang-bincang ini dipandu oleh Karina yang banyak membahas adaptasi budaya dan pemahaman nikah beda bangsa yang tak mudah.

Dalam siaran tersebut, Anna mengingatkan pentingnya solidaritas sesama orang Indonesia di perantauan sehingga RUANITA menjadi social support system. Anna menegaskan pentingnya untuk mengangkat cerita-cerita yang tak melulu meromantisasi kehidupan luar negeri tetapi cerita-cerita yang tidak banyak diangkat di narasi publik seperti masalah psikologis, masalah hukum, masalah parenting, dll.

Sementara Yenni lebih banyak mengisahkan pertemuannya dengan suami saat usianya 53 tahun melalui aplikasi kencan online. Yenni banyak berpesan untuk berhati-hati mengenal orang-orang dalam aplikasi kencan online agar tidak terjerumus pada kepalsuan atau penipuan yang semakin marak belakangan.

Follow akun: ruanita.indonesia

Kunjungan selanjutnya adalah kantor Redaksi FEMINA di Jakarta yang juga mendapatkan sambutan hangat dari Bennita dan Tim Redaktur. Dalam diskusi dengan Tim Redaktur FEMINA, Anna menceritakan tentang apa yang sudah dijalani RUANITA sebagai ‘Rumah Aman’ bagi orang Indonesia di luar negeri.

Fenomena kawin campur memang sudah banyak dikemas lewat dunia hiburan, tetapi Tim Redaktur FEMINA menyambut baik ajakan edukasi yang benar dan tepat agar masyarakat tidak salah kaprah. Apalagi pandangan untuk menetap di luar negeri masih menjadi impian orang-orang meski tak banyak yang menguasai bahasa, budaya, hukum dan pendidikan yang mumpuni.

Ke depan Tim Redaktur FEMINA berharap ada kisah-kisah inspiratif dan edukatif dari RUANITA untuk dibagikan. RUANITA yang diwakili Anna Knöbl dan Yenny Connell berharap FEMINA sebagai media informasi perempuan Indonesia dapat menyediakan ruang-ruang diskusi yang konstruktif sebagai jembatan untuk perempuan Indonesia di Indonesia dan perempuan Indonesia di mancanegara.

(SIARAN BERITA) Radio Hardrock FM Bali Ajak Pendengarnya Bekali Diri Sebelum Migrasi ke Luar Negeri

BALI – Dalam rangka mempromosikan edukasi tema kawin campur – WNI menikah dengan WNA – RUANITA menggelar Media Visit di Jakarta dan Bali seperti yang berlangsung baru-baru ini. RUANITA hadir di bincang-bincang siaran pagi hari di Hardrock FM, Denpasar (7/9).

Pemandu siaran adalah Mika dan Wulan yang mengawali cerita kerumitan dokumen pernikahan beda bangsa berdasarkan cerita-cerita pelaku kawin campur. Mika dan Wulan menyadari bahwa kerumitan dokumen itu terkadang membuat pasangan yang ingin menikah perlu berpikir ulang keyakinan mereka ke jenjang yang lebih serius.

Follow akun: @ruanita.indonesia.

Yenni Connell selaku kontributor buku berpendapat bahwa memilih pasangan hidup tak hanya sekedar cinta saja. Menurut Yenni, ada faktor Bibit, Bebet dan Bobot dalam menemukan pasangan hidupnya. Yenni mengakui dirinya berhasil mendapatkan jodoh di usia berkepala 5 lewat aplikasi Dating Online.

Meningkatnya jumlah kawin campur memang bisa jadi disebabkan faktor teknologi seperti keberhasilan yang diperoleh Yenni. Namun Yenni pun berpesan agar para pencari cinta lewat aplikasi online perlu memperhatikan sejumlah rambu-rambu agar tidak terjebak dalam fenomena Love Scammers yang memabukkan.

Kembali ke buku Cinta Tanpa Batas yang dikupas dalam bincang-bincang pagi tersebut, pendengar Hardrock FM perlu memperhatikan unsur-unsur antropologi, psikologi, hukum dan hak-hak yang di dapat setelah kita mendapatkan izin tinggal di suatu negara. Cerita nyata yang mengandung unsur-unsur tersebut bisa dibaca langsung dalam buku Cinta Tanpa Batas ini.

Selain promosi buku Cinta Tanpa Batas, Mika dan Wulan menggali eksistensi RUANITA yang telah menjadi social support system untuk warga Indonesia, terutama mereka yang mengalami masalah-masalah psikologis, domestik, pengasuhan anak, dan hal-hal lainnya yang masih dianggap tabu diceritakan di Indonesia.

Bagaimana pun buku Cinta Tanpa Batas menjadi bacaan wajib tidak hanya mereka yang menjadi pelaku kawin campur saja, melainkan juga mereka yang ingin tinggal dan menetap di luar negeri.

(SIARAN BERITA) Radio Thomson News Bali Gelar Talkshow On Air dan Diskusi Buku Bertema Kawin Campur

BALI – RUANITA melaksanakan Media Visit di Indonesia pada 6-16 September 2022 yang dimulai dengan Talkshow On Air di Radio Thomson News 93.3 FM (6/9) yang berada di Denpasar. Talkshow dipandu oleh Patrick Jonathans dan menghadirkan Anna Knöbl dan Yenni Connell.

Dalam kesempatan tersebut, Anna memperluas jangkauan Talkshow via Program IG Live (akun IG: ruanita.indonesia) di mana program IG Live menjadi program rutin RUANITA setiap bulan sekali.

Di bulan September ini RUANITA mengangkat kisah buku: Cinta Tanpa Batas untuk merayakan Hari Literasi Sedunia yang jatuh tiap 8 September.

Dalam Talkshow On Air, Anna banyak memperbincangkan tentang tema-tema yang tidak umum dan populer yang ditulis oleh 25 penulis perempuan asal Indonesia. Bagaimana pun Anna berharap kisah nyata para perempuan yang ada dalam buku tersebut dapat dipahami, bukan dihakimi.

Selain proses pengumpulan dan sunting naskah yang diceritakan dalam Talkshow On Air tersebut, Anna juga berpesan bahwa pernikahan campuran tidak melulu soal dokumen dan administrasi saja. Ada hal-hal seperti benturan budaya, pengalaman memiliki anak, identitas sosial, masalah hukum bahkan pengasuhan anak pun turut serta dibahas di dalam buku ini.

Usai Talkshow On Air, Radio Thomson News Bali menggelar diskusi buku yang menghadirkan sejumlah warga masyarakat yang tertarik dengan isu kawin campur atau masalah-masalah psikologis orang-orang Indonesia di mancanegara.

Follow akun IG: @ruanita.indonesia.

Dalam diskusi buku, Yenni mengingatkan bahwa perlu memperhatikan bibit, bebet dan bobot dalam memilih pasangan hidup. Meski pilihan jodohnya via dating online tetapi menikah dengan pria warga asing perlu juga memperhatikan soal budaya dan penerimaan budaya asing yang kadang sulit dipahami.

Diskusi buku mendapatkan apreasiasi dari peserta yang hadir dan mengamini kompleksitas masalah kawin campur tidak bisa dipandang sebelah mata. Harapannya suara perempuan yang menikah dengan pria asing ini bisa didengar lewat kebijakan yang berpihak pada perempuan seperti soal dokumen nikah, hak asuh anak, ijin tinggal dan lain sebagainya.

Bagaimana acara siaran tersebut berlangsung? Simak siaran ulang berikut:

Follow akun IG: ruanita.indonesia

(SIARAN BERITA) Bagaimana Menangani Anak dengan Autisme di Mancanegara?

JERMAN – Tak banyak orang tua yang siap menerima kondisi anak dengan Autisme, apalagi tinggal jauh dari Indonesia. Padahal sikap mental orang tua ini menentukan dan berdampak pada bagaimana orang tua mendukung dan menangani kekhususan dan kompleksitasnya.

Hasil penelitian menunjukkan peran aktif orang tua sangat menunjang keberhasilan terapi dari penanganan anak dengan autisme. Bagaimana pun orang tua selalu ingin yang terbaik untuk tumbuh kembang anak-anaknya.

Kehidupan di luar Indonesia nyatanya memberikan pengaruh bagi orang tua yang mengalami anak dengan autisme. Orang tua dihadapkan pada prosedur kebijakan penanganan anak autis yang berbeda-beda sesuai kebijakan pemerintah yang berlaku.

Ketika anak dengan autisme sedang ditangani secara profesional, terkadang kita lupa memperhatikan kebutuhan psikologis bagi orang tua yang menjadi social support system untuk anak. Tidak jarang orang tua masih menyalahkan diri sendiri atau lingkungan. Ada juga orang tua yang menyalahkan vaksinasi, obat, salah pengasuhan atau terlambat diagnosa.

Ruanita – Rumah Aman Kita sebagai “Rumah” berbagi ilmu dan pengalaman untuk warga Indonesia di mancanegara bermaksud menggelar webinar bertema penanganan anak dengan autisme di mancanegara.

Webinar ini diawali dengan sharing pengalaman dari Alda Trisda sebagai orang tua yang memiliki anak dengan autisme dan saat ini tinggal di Belgia. Narasumber kedua adalah Dr. Deibby Mamahit, seorang ahli dan praktisi dalam menganani anak dengan autisme sesuai keilmuannya. Beliau saat ini tinggal di Singapura.

Tujuan diselenggarakan webinar adalah untuk membagikan pengalaman sebagai orang tua yang memiliki anak dengan autisme dan memberikan dukungan sosial kepada orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus dan tinggal di mancanegara.

Follow us ruanita.indonesia

Kedua, webinar ini bertujuan untuk memberikan informasi prosedur penanganan anak dengan autisme sesuai ilmu kedokteran dan pengalaman menangani anak dengan autisme di mancanegara.

Terakhir, webinar ini bertujuan untuk menjadi social support system bagi orang tua di mancanegara yang memiliki anak berkebutuhan khusus seperti anak dengan Autisme.

Webinar ini dibuka resmi oleh Ketua DWP KBRI Berlin yakni Sartika Oegroseno. Tentunya Jerman sebagai negara maju telah memiliki kebijakan tersendiri dalam memfasilitasi anak-anak berkebutuhan khusus seperti anak dengan Autisme meski sebenarnya tidak ada angka yang pasti tentang jumlah anak dengan Autisme di Jerman. Untuk menguatkan diskusi, acara webinar dipandu oleh Fransisca Sax, M.Psi. yang juga seorang Psikolog yang bertugas di Daycare di Munich, Jerman.

RUANITA (Rumah Aman Kita) Indonesia adalah komunitas orang Indonesia di luar Indonesia yang dibentuk untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman seputar praktik baik tinggal di mancanegara dan permasalahan psikologis yang kerap dihadapi. Tujuan didirikannya RUANITA adalah untuk mempromosikan isu kesehatan mental, psikoedukasi, kesetaraan gender serta berbagi praktik baik tentang keterampilan diri untuk tinggal di luar Indonesia.

Rekaman ulang webinar bisa disaksikan di saluran YouTube berikut: