
Lima tahun yang lalu setelah menikah saya pindah ke negara asal suami yaitu Swedia di tahun 2017. Tetapi, saat itu saya masih bolak-balik Indonesia dan Swedia karena anak pertama saya dari perkawinan sebelumnya masih tinggal di Banyuwangi.
Baru di akhir tahun 2019 saya memutuskan untuk menetap di Swedia. Selain itu, di akhir tahun tersebut saya sudah bisa membawa anak pertama saya untuk ikut pindah ke Swedia. Anak pertama saya laki-laki dan sekarang sudah remaja berusia 17 tahun. Anak laki-laki saya saat ini melanjutkan sekolahnya di Swedia.
Setelah menetap di Swedia, saya sempat tiga kali keguguran. Akhirnya baru pada kehamilan ke empat di Swedia ini proses kehamilan saya berjalan dengan sehat dan lancar. Saya melahirkan bayi perempuan di akhir Desember 2021.
Selama hamil di Swedia ini, saya ngidam sayur nangka yang dimasak dengan santan seperti sayur lodeh. Sayur nangka ini kalau didiamkan berhari-hari akan kering. Nah, sayur nangka yang menjadi kering seperti inilah yang sangat ingin saya makan pada saat hamil.
Selain sayur nangka kering, saya juga ngidam rujak buatan ibu saya. Tetapi, bukan rujak buah seperti yang dikenal umumnya. Melainkan, rujak dengan lontong. Kemudian ditambah dengan sayuran, kacang, dan petis. Rujak yang seperti dikenal di daerah asal saya di Banyuwangi dan di Jawa Timur pada umumnya. Orang di sana menyebutnya lontong kecap. Saya sendiri menyebutnya dengan rujak. Di Bali makanan ini lebih dikenal dengan sebutan tipat sayur.
Saya pernah mencoba membuat sayur nangka kering ini ketika hamil. Karena sulit untuk mencari nangka segar, akhirnya saya mencoba dengan nangka dalam kaleng yang saya dapatkan dari pasar swalayan. Tetapi rasanya jauh berbeda dengan rasa asli yang saya inginkan. Nangka dalam kaleng itu terasa asam. Sebenarnya nangka segar ini ada dijual di toko Asia. Nangka yang berasal dari Thailand. Tetapi mahal dan ketika saya ingin membelinya, nangka tersebut tidak tersedia. Setelah melahirkan saya melihat nangka segar itu di toko Asia, tetapi saya sudah tidak ingin membelinya lagi. Walaupun demikian sampai saat ini, setelah saya melahirkan, saya masih mengindamkan sayur nangka kering ini.
Sedangkan lontong kecap saya belum sempat untuk membuatnya selama hamil. Petis yang menjadi bahan penting dalam racikan bumbu untuk membuat lontong kecap tidak mudah didapatkan di Swedia. Sepertinya, saya belum pernah menemukan petis di sini. Akhirnya, rasa lontong kecap ini hanya bisa saya rasakan dalam mimpi saja.
Mungkin sekarang keinginan untuk makan sayur nangka kering tersebut lebih kepada keinginan diri. Sejak pandemi, saya belum pulang mudik ke Indonesia. Sehingga saya terobsesi dengan sayur nangka kering. Berita baiknya, saya akan mudik ke Indonesia akhir tahun ini. Jadi tentunya saya bisa memuaskan keinginan saya untuk makan sayur nangka kering.
Untungnya di Swedia ini saya tetap bisa makan sambal karena saya menyukai makanan dengan cita rasa pedas. Bagi saya sambal wajib ada dalam menu sehari-hari. Cabai pun mudah di dapatkan di sini. Jadi selama hamil saya masih bisa menikmati makan dengan sambal. Ngidam sayur nangka dan lontong kecap yang tidak kesampaian menjadi cukup terobati.
Selama hamil jika ingin makanan Indonesia, saya tentu akan membuatnya. Terlebih saya sangat menyukai makanan yang pedas dan gurih. Seperti membuat ayam goreng krispi yang kemudian dinikmati bersama-sama sambal tomat. Selain itu saya juga membuat bakso balungan yang popular di daerah saya di Banyuwangi, walaupun rasa bakso balungan yang saya buat tidak bisa seotentik yang ada di Banyuwangi. Mungkin karena saya belum bisa meracik bumbu kuah baksonya agar lebih mendekati rasa aslinya. Walaupun tidak mendekati rasa aslinya, paling tidak bakso balungan buatan saya bisa sebagai pengobat rasa rindu.
Untuk mengatasi ngidam sayur nangka kering dan lontong kecap yang tidak kesampaian, saya banyak menonton video makanan dan memasak dengan bahan-bahan yang mudah didapat. Kehamilan saya kala itu secara umum juga mudah dan tidak ada keinginan yang aneh-aneh. Berbeda dengan kehamilan saya yang pertama.
Seperti umumnya perempuan di masa kehamilan pengaruh hormon bisa membuat kita lebih sensitif, walaupun saya tidak sampai membuat saya selalu menangis ketika mengalami ngidam ini. Lebih terbawa mimpi akan ngidam makanan yang tidak tersampaikan. Saya sering terbangun tengah malam karena teringat makanan.
Walaupun ngidam saya tidak kesampaian, tetapi anak saya tidak mengeluarkan air liur atau yang lebih dikenal dengan istilah ileran atau ngeces seperti yang banyak dibilang orang-orang. Anak saya mengeluarkan air liur ketika pilek dan giginya mau tumbuh. Padahal sebelumnya saya sempat siap-siap membeli apron yang biasa dipakai di leher bayi ketika makan untuk menampung air liurnya mengingat ngidam sayur nangka kering yang tidak kesampaian. Jadi sepertinya pandangan umum kalau ngidam tidak kesampaian maka anaknya akan sering mengeluarkan air liur adalah mitos belaka.
Saya beruntung karena suami saya adalah suami siaga selama masa kehamilan ini. Dia selalu siap untuk memenuhi keinginan saya. Jadi suami sering mengantarkan dan menemani saya ke pasar swalayan misalnya untuk membeli apa yang saya inginkan. Selain itu juga sabar dalam menghadapi mood saya yang naik turun selama hamil.
Pengalaman ngidam di masa hamil di negeri asing ini memberi saya hikmah untuk lebih bersabar dalam menghadapi keterbatasan seperti tidak mendapatkan makanan yang diinginkan dan tidak ada orang lain yang membantu di rumah selain suami. Tidak seperti di Indonesia di mana kita bisa meminta bantuan orang-orang terdekat kita dengan mudah. Juga lebih mudah bersyukur dan menghargai apa yang kita punya saat ini yang mungkin di masa yang lalu kita taken for granted.
Pesan saya untuk perempuan-perempuan Indonesia yang mengalami kehamilan di luar negeri untuk tetap semangat. Jangan lupa mengkomunikasikan apa yang kita perlukan ke suami walaupun kita juga perlu dan harus mandiri. Juga mengkomunikasikan ketika kita capai dengan segala urusan rumah tangga agar kita bisa melalui masa kehamilan dengan aman dan nyaman.
Penulis: Dina Diana, Mahasiswa S3 di Jerman yang mewawancarai seorang Mita Seviana, yang tinggal di Lund – Swedia. Mita sehari-hari adalah ibu rumah tangga dan pengelola dari kanal YouTube: Family Indonesia Sweden.
Pengalaman yg menarik mbak Dina. Kalau pengen sesuatu yang dari tanah air bisa pakai jasa jastip, mungkin ada orang Indonesia yang mau ketempat kita bermukim bisa minta dititipi, biasanya biaya 10- 15 euro/kg jastip nya. Teman blogger yg sedang hamil di Belanda saya lihat sering jastip makanan dari Indonesia 😉 .
SukaDisukai oleh 1 orang
Halo Emaknya Benjamin, terima kasih sudah berkomentar. Yang hamil namanya Mbak Mita. Mbak Dina hanya pewawancara saja. Semoga saja mbak Mita atau Sahabat RUANITA lainnya yang sedang ngidam saat hamil bisa membacanya. Salam 😊🙏
SukaSuka
OMG iya ya saya kurang teliti bacanya, jadi malu 😀
SukaDisukai oleh 1 orang