(CERITA SAHABAT) Lelah Batin? Saatnya Beristirahat

Sebagai seseorang yang selalu bisa multitasking dan punya tujuan, rencana serta impian yang jelas, tidak pernah terpikirkan olehku untuk mengalami burnout.

Aku studi di luar Indonesia. Tahun ini aku memang mengambil cukup banyak kelas. Belum lagi aku masih harus bekerja – dengan permasalahannya sendiri, mengurus kehidupanku dari A-Z di negeri orang dan kesehatan mentalku yang memang sedang kembali tidak stabil.

Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku sama sekali tidak bisa multitasking

Sejak bulan Juni hingga Juli 2021 aku tidak bisa menyelesaikan kewajiban-kewajiban kuliahku. Rasanya seperti otak dan badanku tak bisa berfungsi dengan baik.

Aku merasa ingin kabur begitu saja. Sudah beberapa kali aku meninggalkan kelas (lewat ZOOM Meeting) begitu saja.

Aku tak bisa menyelesaikan tugas kampusku dan bahkan kadang aku tidak bisa dan tidak tahu bagaimana aku harus memulainya.

Saat itu aku tak bisa lagi mendefinisikan dan memahami perasaan dan situasiku. Untuk beberapa hari terpikir di benakku, aku berharap aku bisa benar-benar menghentikan otakku sejenak dan memulai kembali, supaya aku bisa berpikir jernih kembali.

Saat itu aku tak tahu, apa yang harus aku lakukan.

Saat aku mencoba berbicara dengan pacarku tentang ini, dia tidak bisa memahami maksudku, karena aku berbicara kesana-kemari. Itu bukanlah aku yang biasanya.

Biasanya aku bisa menjelaskan dan menceritakan perasaan dan kondisiku.

Satu hal yang pasti, dua bulan itu rasanya aku lelah sekali secara psikis. Aku hanya ingin tidur saja. Jantungku berdebar kencang terus menerus. 

Setelah berbicara dengan psikoterapisku, keluarga angkatku di sini, dan pacarku, ada satu hal yang aku pelajari dan membantuku untuk bangkit lagi: aku butuh istirahat total.

Setelah rehat sejenak, aku memutuskan untuk membatalkan satu kelas. Itu artinya aku harus mengulangnya di semester ini.

Dari proses istirahat dan akhirnya kembali on track itu pun aku belajar sesuatu: I should let myself vulnerable. Let it loose when you can’t do it anymore.

Pengalaman itu membuatku bisa kembali kuat untuk melangkah selanjutnya.

Kita tidak bisa selalu bekerja di bawah tekanan.

Aku mencoba memahami lagi bahwa aku manusia, bukan robot.

We need to give up a bit, to continue our journey. Give up for a while doesn’t mean you lose everything.

Terdengar aneh mungkin?

Menyerah dan beristirahat sejenak itu perlu. Beberapa hari kemudian aku bisa kembali berfungsi dengan baik, penuh semangat baru dan menyelesaikan ujian dan tugas-tugas kuliahku yang lain. 

Penulis: Nisyma, kuliah di Jerman.