
Namanya Kucing. Nama yang sangat original, bukan?
Kucing ini datang di dalam kehidupan saya enam tahun yang lalu, setelah ia dibuang oleh pemiliknya di musim dingin, di sebuah kota kecil di pegunungan di Prancis.
Saya ingat betul, waktu itu di akhir Desember, di luar suhu udaranya minus 25 derajat. Musim dingin paling ekstrim yang pernah saya alami. Seekor bayi kucing berumur tiga bulan mengikuti suami saya kembali ke rumah.
Kucing itu terlihat lapar dan kedinginan, ada luka potong di salah satu bagian telinganya. Hari itu juga, kami putuskan untuk memberi makan dan membiarkan kucing itu tinggal di dalam rumah dan tidur bersama kami, mengingat suhu di luar yang mematikan untuk badannya kurus itu.
Esoknya kami membuat pamflet yang kami rekatkan di papan pengumuman sekitar, siapa tahu kucing ini hanya tersesat dan si pemilik sedang mencarinya. Kami menunggu sampai satu minggu tetapi tidak ada seorangpun yang menghubungi kami. Akhirnya kami putuskan untuk memelihara kucing ini.
Kami mencoba bertanya kepada dokter hewan sekitar untuk memeriksa apakah kucing ini memiliki chip identitas supaya kami bisa mengembalikan kepada pemiliknya. Ternyata kucing ini tidak memiliki identitas.
Beberapa bulan setelah itu kami pindah domisili ke negara tetangga dan kami kembali membawa si kucing kembali dokter hewan untuk mendapatkan vaksin dan paspor hewan yang dia butuhkan untuk bisa ikut pindah dengan kami.
Untungnya, di tempat tinggal kami sekarang tidak ada aturan tertentu untuk memiliki binatang peliharaan.
Waktu pertama kali tinggal di Eropa, saya tinggal di pegunungan yang dingin. Suami bekerja setiap hari; dari pagi buta sampai malam baru pulang. Jadilah sehari-hari saya sendirian. Ditambah lagi cuaca yang selalu dingin dan saat itu masih dalam masa transisi menyesuaikan diri dengan kehidupan di Eropa membuat saya berada di ambang depresi.
Sampai akhirnya si kucing datang dan menjadi teman yang menghibur hari-hari saya yang sepi.
Tidak ada alasan tertentu mengapa saya memelihara kucing ini, bahkan tadinya benci dengan hewan kucing karena dulu waktu kecil saya pernah memelihara ayam dan ayamnya dimakan sama kucing. Jadi kesal, bukan?
Namun memang, suami sejak dulu sangat suka binatang terutama kucing. Ketika melihat kucing kecil tersebut mengikuti suami pulang ke rumah, saya sendiri tidak tega kalau harus meninggalkannya di luar di tengah suhu sedingin itu.
Dulu saya pernah memelihara ikan, tetapi ya gitu, ikan ‘kan tidak ada ekspresinya. Berbeda dengan kucing yang playful dan ekspresif.
Si kucing ini punya kebiasaan yang agak unik, hahaha!
Setiap hari dia harus tidur di kaki saya atau di kaki suami, dan kalau kasurnya nggak rapi dia nggak suka. Tiap pagi jam 6, dia akan membangunkan kami dengan “berjalan-jalan” di atas bantal kami, mengendus-endus, dan mengeong sampai kami bangun. Semacam punya alarm hidup, haha!
Perawatannya kucing ini seperti perawatan pada umumnya: setiap tiga bulan sekali diberi anti parasite/anti kutu. Dia juga diberi vaksin sesuai dengan buku catatan dari dokter hewan. Si kucing juga selalu kami biarkan bermain bebas di luar, dari pagi sampai sore.
Jika kami liburan dengan waktu yang singkat (maksimal 3 hari), maka kami akan memastikan dia memiliki makanan, minuman dan tempat buang air yang cukup sampai kami pulang.
Oh ya, biasanya kami juga awasi dengan CCTV yang ada di rumah untuk memastikan dia baik-baik saja. Jika kami harus pergi dalam waktu yang lama atau lebih dari 3 hari, maka si kucing dititipkan ke tempat penitipan kucing agar dia tidak terlantar.
Tentu saja, ada beberapa hal yang membuat kami geleng-geleng kepala saat memelihara kucing ini. Pernah waktu itu saya harus ganti wallpaper di seantero rumah karena semuanya dicakari sama kucing sampai hancur.
Furnitur rumah juga mau tidak mau ada banyak cakaran kucing. Kadang kala dia membawa pulang binatang buruannya buat hadiah, haha! Yang dibawa pulang ya macam-macam, bisa burung, tikus, atau kadal. Kadang buruan yang dibawa itu masih hidup, jadi ya kebayang lah geli. Kalau buruan yang dibawa sudah mati, itu jadi tugas suami saya untuk membersihkan, haha.
Namun di atas semua itu, bersama kucing ini saya jadi punya teman di kala saya kesepian dan jadi sering bangun pagi juga.
This cat helps me on being a more responsible person, too.
Penulis: Retno Aini Wijayanti dari pengalaman seorang teman yang tinggal di Eropa.