
JERMAN – Dalam meningkatkan Psikoedukasi, RUANITA – Rumah Aman Kita menggelar program IG Live bulanan yang dipandu oleh Ferdyani Atikaputri lewat akun IG: ruanita.indonesia. Atika, begitu biasa disapa adalah seorang volunteer Tim Dapur Konten dan juga sedang menempuh pendidikan Pascasarjana di Jerman. Pada program IG Live Juni 2022 bertema: Gangguan Tidur di Musim Panas, Atika mengundang narasumber yang merupakan Founder dari Indopsycare.
Dia adalah Dr. phil. Edo Sebastian Jaya, M.Psi yang juga merupakan Psikolog Klinis lewat akun IG: indopsycare. Edo menjelaskan berbagai macam gangguan tidur yang selama ini tidak banyak diketahui oleh orang awam. Atika mengamini bahwa gangguan tidur lebih banyak dikenal hanya insomnia saja.
Gangguan tidur ada beberapa jenis berdasarkan ICD – International Classification of Disease, seperti insomnia; sleep apnea; sleep related movement disorders seperti kaki gerak-gerak, sering terbangun, tidur sambil jalan, tiba-tiba terbangun karena mimpi buruk; gangguan tidur yang disebabkan oleh kebanyakan tidur; gangguan tidur yang disebabkan oleh sejenis lalat yang hidup di Afrika yang bisa menginfeksi tubuh kita sehingga membuat kita banyak tidur; dan gangguan tidur lainnya yang banyak sekali.
Fokus pada gangguan tidur di musim panas, Atika menceritakan pengalaman gangguan tidur yang juga dialaminya sejak dia pindah ke Jerman untuk studi. Di Indonesia siklus gelap dan terang sudah teratur sehingga Atika tidak mengalami gangguan tidur. Berbeda dengan pengalaman Atika di Jerman, lama matahari bersinar pada musim panas menyebabkan adanya gangguan tidur. Di musim panas, tubuh pun masih aktif bergerak karena lamanya matahari.
Edo menjawab bahwa gangguan tidur yang dialami di musim panas disebabkan oleh siklus lamanya matahari dimana tubuh merekam melalui mata sehingga membuat kita sulit tidur di jam yang sebelumnya kita terbiasa tidur. Di musim panas hormon melatonin yang dihasilkan tubuh berkurang sehingga membuat kita tetap terjaga hingga waktu gelap tiba. Tubuh kita lebih bergantung pada lamanya sinar matahari.
Bagi orang Indonesia yang belum beradaptasi dengan negeri empat musim, kita perlu mencermati seperti apa gangguan tidur di musim panas yang sudah sangat mengganggu hingga menyebabkan masalah kesehatan. Gangguan tidur ini sifatnya subjektif dan kembali lagi bagaimana sistem metabolisme masing-masing individu. Meski tidur terdengar sepele, kita terkadang memercayai mitos seperti kita akan bisa menabung jam tidur saat wiken tiba.
Mitos seputar tidur tidak tepat bahwa kita bisa menabung “jam tidur” saat wiken tiba karena kembali lagi bagaimana metabolisme tubuh masing-masing individu. Jika hari Senin dan Selasa, kita sudah tidak tidur malam hari kemudian baru membalas “waktu tidur” di hari wiken maka itu tidak tepat karena terlalu lama. Kembali lagi soal mitos tersebut, ada yang bisa membalas “waktu tidur” bergantung pada usia muda yang masih produktif dan memang secara kebetulan individu tersebut tidak punya masalah kesehatan.
Kebiasaan lama tidur juga bergantung pada usia. Menurut Edo, tidak banyak penelitian yang membahas jumlah jam tidur dengan usia. Edo menjelaskan bahwa lama waktu tidur itu bergantung pada kebutuhan tidur, usia, dan konteks. Ketika bayi, kita butuh waktu tidur lebih panjang sebaliknya ketika dewasa itu kembali pada kebutuhan individu tersebut. Ada lansia yang butuh tidur 7 jam, 8 jam atau 9 jam atau bergantung pada aktivitas kita sehari-hari.
Seiring perkembangan zaman dan kualitas gaya hidup sehat meningkat, bisa saja ada lansia yang banyak beraktivitas olah raga dan aktif sehingga tentu saja membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak dibandingkan orang dewasa muda yang tidak lebih aktif.
Edo menyarankan untuk tidak merasa kecil hati jika di usia 40 tahun punya waktu tidur 9 jam. Bagaimana pun kebutuhan tidur bergantung pada konteks, aktivitas dan ritme biologis individu tersebut. Oleh karena itu, 7-9 jam waktu tidur bukan hal yang mutlak dipercayai.
Mengenai insomnia sebagai gangguan tidur yang populer dikenal banyak orang, Edo menjelaskan berdasarkan kriteria diagnostik dalam ICD 11 – International Classification of Disease – yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) terdapat 3 jenis. Antara lain: (1). susah tidur, yakni kita berusaha untuk tidur padahal kita sudah berada di tempat tidur lebih dari 30 menit; (2). kita merasa sering terbangun saat kita sedang tertidur yang terjadi rutin dan sehingga membentuk pola; (3). Early Awakening, kita pasang alarm untuk bangun jam 9 pagi tetapi kita sudah terbangun di jam 6 pagi.
Edo menceritakan salah satu studi tentang gangguan tidur seperti eksperimen pada tikus. Kelompok pertama dimana kandang tikus tetap terpasang lampu menyala terang. Kelompok kedua justru sebaliknya ketika waktu tikus tidur. Setelah dua minggu, kedua kelompok diperiksa hasilnya.
Kelompok pertama terjadi peningkatan lemak pada tubuh tikus dan risiko kesehatan jantung yang meningkat. Tikus pada kelompok pertama semakin obesitas meskipun kedua kelompok mendapatkan asupan makanan yang sama dengan kelompok kedua. Hasil studi menunjukkan bahwa tidak baik siklus tidur yang berantakan pada manusia karena itu memberikan risiko buruk pada jantung.
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa pekerja yang memiliki night shift juga beresiko untuk masalah jantung, hipertensi, dan penyakit lainnya. Hal menarik adalah saran dari penelitian yang menunjukkan bahwa tidur siang juga baik untuk kesehatan jantung kala kita seharusnya beraktivitas di siang hari. Secara pribadi, Edo menyarankan waktu tidur sebaiknya bergantung pada lamanya cahaya matahari.
Program IG Live hadir tiap satu bulan sekali yang ditayangkan oleh Ruanita – Rumah Aman Kita. Anda bisa follow akun Instagram ruanita.indonesia atau mengirimkan pertanyaan lainnya ke email: info@ruanita.com.