
Hai, namaku Rita. Aku tinggal di Hamburg, Jerman saat ini. Kegiatanku sekarang sebagai Florist atau perangkai bunga dalam Bahasa Indonesia di salah satu toko bunga di Hamburg. Pekerjaan ini sangat menyenangkan dan kreatif. Sebelum aku masuk ke dunia Floristic, aku pernah kuliah di Universitas Hamburg. Tepatnya tahun 2014/2015, aku memulai kuliah. Awal tahun 2020 aku selesai dengan sarjanaku atau Bachelor.
Kembali ke masa itu. Sekitar tahun 2013/2014 dan aku mulai daftar untuk masuk Universitas, aku sempat mengalami stres berat karena aku mengurusi berbagai hal, seperti perpanjangan visa, dll. Selain itu, kehidupan di Jerman terkadang sangat berat dijalani sendirian.
Nah, pola makanku menjadi tidak teratur ketika aku terlalu stres. Lalu berat badanku turun drastis, sekitar 3 kg. Untukku kehilangan 3 kg itu sangat banyak karena buatku sendiri sangat susah sekali untuk menaikkannya kembali. Maklum saja dari kecil sampai dewasa memang aku tidak pernah punya berat badan melebihi 42 kg.
Namun aku pernah loh mengalami satu kali, sekali-kalinya dalam hidup 42 kg. Berat badan normalku sebenarnya antara 37 sampai dengan 39 kg. Mungkin untuk orang seusiaku, awalnya banyak orang bertanya, apakah ini normal? Walaupun begitu, dokterku pun tidak mengkhawatirkan berat badanku ini. Menurutnya, memang ini sudah genetik. Selain itu, kesehatanku baik-baik saja.
Saat menyadari di mana beratku turun menjadi 34 kg kala itu, aku langsung pergi ke dokter. Aku diperiksa, test darah, dll. Hasilnya memang aku baik-baik saja. Namun, aku masih belum puas dengan hasil pemeriksaannya. Kecemasanku belum juga berkurang.
Aku ikuti sesi psikologi khusus untuk gizi dan masalah berat badan. Ternyata ini lumayan memotivasiku. Aku juga banyak membaca artikel di internet tentang pola makan.
Dulu aku sempat download aplikasi untuk menghitung kalori makanan, dan lainnya. Namun dengan berjalannya waktu, aku lebih mengerti dengan kebutuhanku sendiri.
Masa stres itu memang masa yang begitu sulit untuk mengontrol diri sendiri. Pola makanku dulu yang teratur, jadi terabaikan.
Dokterku juga memberikan minuman ekstra berkalori untuk membantu menaikkan berat badan. Nama minumannya Fortimel. Aku disarankan untuk minum 2-3 botol/hari dan ditambah aku juga tetap makan seperti biasanya.
Satu botol berisi 300 ml dan memiliki 300 kalori. Minuman ini juga memiliki berbagai rasa. Tanpa resep dokter orang tidak bisa mendapatkan minuman berkalori ini. Memang ada syaratnya dan asuransi yang menanggung biayanya.
Aku biasanya hanya membayar 5% dari 100% harga minumannya, yaitu 10€ untuk 128 botol. Minuman ini dulu membantuku sekali. Namun lama-lama aku tidak bisa mengonsumsinya lagi karena kadang-kadang membuatku merasa mual. Akhirnya aku hanya minum satu kali sehari. Setelah berat badanku kembali ke 37 kg, aku berhenti minum Fortimel. Sebagai gantinya, aku mengusahakan membuat smoothie yang berkalori tinggi atau makanan lainnya.
Aku juga berbagi cerita tentang masalah berat badan ke teman-temanku di sini. Saat itu, ada satu teman asal Jerman yang kebetulan juga mendapatkan resep minuman ini dari dokternya. Lalu kami saling bercerita. Ternyata temanku ini juga merasakan hal yang sama tentang minuman itu.
Di Jerman, berbicara tentang berat badan adalah hal yang sensitif. Di sini orang hampir tidak pernah menyinggung berat badan seperti: Kenapa kurus?; Kok gendut?; Kamu makannya banyak kok tetep kurus?, dan lain-lain.
Orang-orang di sini sangat menghormati dan menjaga sesuatu yang dianggap pribadi. Hal ini juga membuat aku merasa lebih percaya diri.
Saat aku masih di Indonesia, aku mengalami Bullying. Di Jerman, malah sebaliknya, mereka memuji. Terkadang, ketika di Indonesia, kita tidak sadar, kalau lingkungan sekitar mem-bully.
Mungkin memang maksud mereka tidak serius seperti sekedar mendapat julukan “Olive” atau si kurus. Ternyata, hal itu berpengaruh terhadap kesehatan mental loh. Dulu aku tidak berani dan tidak percaya diri memakai baju lengan pendek. Hal ini karena aku mengingat kata-kata mereka yang berada di sekitarku itu.
Beruntungnya lagi aku tinggal di sini, aku punya akses kesehatan yang baik. Jadi segala sesuatu bisa aku konsultasikan dengan ahlinya. Dokter atau para ahli di sini, tidak me-judge kekurangan atau masalah kita.
Untuk teman-teman yang punya masalah sama, tak usah sungkan untuk bertanya ke psikolog, dokter ataupun tenaga profesional.
Pesanku ini teruntuk teman-teman yang lebih cepat turun berat badan daripada naik berat badan seperti aku ini. Coba kalian tambahkan ekstra porsi kalori setiap harinya seperti, Smoothie, buah-buahan, juga cemilan berprotein lainnya. Usahakan makanan tersebut tetap hadir di antara menu sehari-hari.
Selain makanan utama, makanan kecil yang disebutkan tadi pun perlu diusahakan. Saranku lainnya adalah mengurangi makan Fast food atau cepat saji.
Semua saranku ini sudah terbukti berdampak bagus terhadap mentalku selama ini. Yang mana aku mulai disiplin dan merasa nyaman dengan kebiasaan makanku. Aku merasakan dampak positifnya, bukan hanya secara fisik melainkan secara mental juga. Kesehatan mental ‘kan salah satu hal terpenting dalam hidup kita.
Biarpun berat badan kembali normal, aku tetap memerhatikan kebiasaan makanku. Memang sih tidak semudah yang dibicarakan. Menurutku, stres juga bisa memengaruhi loh.
Untungnya aku sadar akan hal itu. Aku ingin mengubahnya! Memang itu butuh proses dan perjalanan yang panjang. Aku percaya, sesulit apapun itu kalau kita mau berusaha, suatu saat itu akan membuahkan hasil.
Intinya dalam keadaan apa pun, kita harus tetap ingat makan. Biasanya, aku masak dengan porsi banyak agar bisa dimakan pada hari-hari berikutnya. Ini sangat membantu, apalagi kalau hari-hari yang membuatku bakalan sibuk sekali.
Beban stres bisa berkurang. Pokoknya sesibuk apapun, sempatkan waktu untuk makan. Terakhir yang lebih penting lagi, menikmati juga makanannya.
Penulis: Rita, tinggal di Jerman dan dapat dikontak akun IG ritasjungle.