(CERITA SAHABAT) Alzheimer Merenggut Nyawa Ayah Mertuaku

Dahulu sewaktu aku masih di Indonesia tak mengenal Alzheimer. Nama penyakit itu terdengar asing buatku. Namun Alzheimer begitu sering aku dengar kala aku tinggal dan menetap di Jerman.

Aku bahkan pernah membahas Alzheimer dengan kenalan asal Rumania yang kerja di Jerman sebagai perawat di rumah panti jompo. Aku mengenal kenalanku ini saat kami berdua belajar Bahasa Jerman.

Menurut kenalanku ini, kasus Alzheimer begitu umum terjadi pada generasi lanjut usia di Jerman. Penyebabnya bisa beragam. Kata dia seperti gaya hidup yang mengancam dan tidak disadari. 

Pemahamanku tentang Alzheimer bertambah saat kenalanku lainnya asal Spanyol bercerita panjang lebar tentang Alzheimer yang menyerang ayahnya. Dia bercerita bagaimana penyakit yang diderita ayahnya itu menyita waktu kesehariannya.

Ayahnya seperti anak kecil yang memerlukan perhatian, bahkan ayahnya begitu lupa apapun. Alzheimer itu menyerang fungsi otak, katanya lagi. Kenalanku ini merawat ayahnya sehari-hari hingga ayahnya wafat saat Pandemi Covid-19 kemarin. 

Alzheimer rupanya juga menyerang ayah mertuaku. Aku sebenarnya sudah mengetahuinya sejak lima tahun lalu dari suamiku. Ayah mertuaku tak pernah mengakui bahwa dia mengalami Alzheimer. Padahal jelas banyak gejala yang menunjukkan penurunan fungsi otak.

Dahulu ayah mertuaku adalah orang yang sibuk. Dia punya ruang kerja di dekat kebun rumah dan di Keller (=bagian rumah di bawah tanah). Saat Alzheimer menyerangnya dia mulai lupa di mana meletakkan ini dan itu.

Follow akun: ruanita.indonesia

Alzheimer membuatnya tak bisa tenang, dia harus bergerak atau melakukan sesuatu di ruang kerjanya. Beruntungnya rumah mertuaku luas sehingga dia bisa bergerak luas. 

Sejak Alzheimer menyerang ayah mertuaku, dia mulai dilarang menyetir mobil tetapi ayah mertuaku sering keras kepala. Dia hampir celaka karena tetap menyetir mobil. Dia juga sering lupa di mana harus menjemput atau mengantar ibu mertua.

Beruntungnya aku mengenal ayah mertuaku sebelum Alzheimer membuatnya parah dan lupa segalanya. Jadi dia tahu bahwa aku adalah anak menantunya. Itu sebelum Alzheimer membuatnya semakin parah untuk tidak ingat apapun.

Setahun sebelum ayah mertuaku meninggal, Alzheimer-nya sudah sampai tingkat parah. Dia mulai lupa aku dan suamiku. Aku dan suamiku tinggal berbeda kota dan seminggu sekali kami berkunjung ke mertua.

Suatu kali suamiku datang memperbaiki lampu di rumah mertua kala ibu mertuaku sedang berbelanja. Ayah mertuaku bertanya siapa suamiku. Itu membuat aku dan suamiku bersedih.

Itulah Alzheimer yang membuat orang lupa, bahkan tidak ingat orang yang dikasihinya. Tak hanya itu, Alzheimer membuat indera pengecapan ayah mertuaku berbeda.

Semua makanan yang dimasak ibu mertuaku tak berasa lezat dan enak. Ayah mertuaku sudah mulai tidak bisa menikmati makanan lagi seperti normal. Tubuhnya semakin kurus dan mengecil seperti anak-anak.

Ayah mertuaku tak bisa duduk tenang dan selalu berusaha memegang sesuatu di tangannya. Belakangan aku baru tahu bahwa ayah mertuaku adalah generasi terakhir yang kembali ke Jerman setelah mengungsi ke negara Yugoslavia, kini negara tersebut sudah tidak ada lagi.

Selama berjalan kaki dari Yugoslavia ke Jerman, ayah mertuaku masih berusia 3 tahun. Dia berjalan dan memegang tangan ibunya agar tetap aman sepanjang perjalanan. 

Cerita itu diceritakan oleh seorang kerabat keluarga ayah mertua setelah ayah mertua wafat. Konon perjalanan itu memakan waktu tiga kali musim Winter sebelum kejadian Perang Dunia. Menggenggam tangan dan terus bergerak adalah pengalaman ayah mertua saat harus kembali ke Jerman. 

Alzheimer membuat penderitanya seperti mengulang memori yang sudah lampau. Misalnya ayah mertua pernah bersembunyi di balik lemari atau di pintu hanya karena dia ingat masa kejadian Perang Dunia dimana saat itu dia masih anak-anak dan harus bersembunyi untuk selamat.

Dia lupa kondisi kejadian sekarang yang terjadi. Itu membuat kami panik setengah mati mencarinya ke seluruh kota. Rupanya dia bersembunyi di suatu tempat di rumah.

Ayah mertuaku telah wafat karena Alzheimer. Penyakit itu sungguh nyata. Beberapa kenalanku di Jerman bercerita kasus serupa yang menimpa kerabat, keluarga atau kenalan mereka.

Semoga dengan adanya Hari Alzheimer Sedunia tiap 21 September semakin mengingatkan orang tentang bahaya penyakit ini.

Penulis: Anonim, tinggal di Jerman.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s