
Peringatan: Artikel berisi konten berikut mungkin dapat membuat pembaca merasa tidak nyaman.
1. Lokasi : Qatar
2. Kutipan favorit
Stop kekerasan pada perempuan karena cinta tak seharusnya menyakiti!
3. Pengalaman menjadi korban kekerasan
Rasanya menjadi korban kekerasan? Bagi saya tentu sangat menyakitkan dan penuh trauma. Lima tahun bertahan dalam keadaan yang sulit, bahkan sudah tujuh tahun lepas dari keadaan yang menyakitkan itu namun masih terasa sakitnya di hati,masih teringat kenangan bagaimana itu terjadi.
Sakit di raga bisa diobati tanpa menyebabkan bekas namun tidak dengan rasa sakit di hati karena kenangan masa lalu yang menyakitkan. Hari ini bahkan seterusnya bahkan sampai akhir hayat pun rasa sakit dan trauma itu masih ada meskipun sudah ada pengganti yang lebih baik.
4. Memutuskan bertahan/keluar dari situasi
Masa-masa lima tahun saya bertahan dalam keadaan sulit itu entah ini cinta atau bodoh pun saya sudah tidak tahu lagi. Saya hanya berharap waktu itu lelaki yang saya cintai mau berusaha untuk berubah dan tidak mengulanginya. Dengan umur yang masih muda waktu itu, saya benar-benar sangat tenggelam dalam cinta sampai rasa sakit pun bisa saya tekan sendiri tanpa saya bercerita ke orang lain bahkan kepada orang tua saya sekalipun.
Di saat bekas bekas kekerasan itu masih ada saya berusaha untuk tersenyum dan hanya mengatakan “ini terjatuh”. Namun saya katakan kepada diri saya setelah 5 tahun menjalani hari hari yang sulit dan semakin bertambahnya umur saya adalah “Saya harus keluar dalam keadaan yang seperti ini. Ini tidak bisa berlanjut karena ini bukan cinta.
Cinta itu bukan menyakiti namun harus saling mengasihi. Cinta itu tidak begini, TIDAK. Seseorang yang mencintai kita itu seharusnya membuat kita bahagia bukan malah sebaliknya”.
Setelah saya katakan itu terus berulang kali dalam setahun penuh saya berpikir dan terus berpikir, saya memutuskan untuk bercerita kepada orang tua saya tentang apa yang sudah terjadi karena merekalah orang yang bisa membantu saya untuk keluar dari keadaan sulit ini.
Mereka satu-satunya orang yang bisa melindungi saya dan menampung saya bahkan mendukung saya dalam keadaan terpuruk sekalipun. Tanpa mereka yang membantu saya waktu itu mungkin saya sudah tidak kuat lagi di dunia ini.
5. Cara mengatasi trauma akibat kekerasan
Cara mengatasinya waktu itu orang tua saya menyarankan untuk menyibukkan diri dengan bekerja lagi karena waktu itu saya depresi 4 bulan hanya tidur,makan dan mandi. Tidak ada semangat hidup tetapi orangtua saya selalu menyarankan tentu selain menyerahkan diri kepada Tuhan, memohon ampun atas kesalahan dan bercerita di atas sajadah, orang tua saya mencarikan pekerjaan untuk saya yang jauh dari mantan saya.
Ketika orang tua saya diteror dan saya diceritakan yang jelek jelek oleh mantan saya, orangtua saya selalu bilang “Kami akan selalu percaya denganmu nak, carilah kehidupan baru yang lebih baik. Kami orang tuamu akan selalu mendukungmu disini. Sibukkan dirimu dengan hal positif, berserah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mulai dengan kehidupan barumu seperti dulu kala (saat tanpa dia).
Memang benar, setelah saya menyibukkan diri saya dengan pekerjaan, saya lebih bersemangat, bertemu dengan orang-orang baru yang positif membuat diri saya menjadi orang yang positif kembali, penuh senyum, penuh tawa dan tidak lagi terasa sakit di dada. Saya berterima kasih kepada orangtua saya dan saudara saya karena merekalah saya bisa “kembali hidup” bahkan saya sudah memiliki Putri yang cantik dengan suami saya yang sekarang. Saya tidak menyangka bahwa saya bisa menikah kembali karena butuh beberapa tahun untuk menerima suami saya waktu itu,saya butuh waktu lama untuk “percaya kepada laki-laki kembali”.
Setelah saya keluar dari masa sulit saya bahkan saya tidak ada rasa untuk ingin menikah kembali. Saya bersyukur karena orang tua saya juga tidak pernah memaksakan saya untuk menikah kembali. Sampai saat ini saya masih mengingat apa yang terjadi “saat itu”, entah kapan bisa terhapus oleh waktu.
6. Pesan untuk perempuan-perempuan yang mengalami kekerasan dan tinggal di luar negeri
Berani untuk Keluar dari laki-laki yang hanya bisa menyakiti Baik itu secara fisik, verbal, seksual, atau pun psikis non verbal, karena lelaki yang baik tidak akan pernah bisa melihat perempuan yang dicintainya menangis karena dirinya. Ceritakan hal hal tersebut kepada seseorang yang kalian percaya sehingga mereka bisa mencarikan jalan keluarnya.
Jika berada di luar negeri kalian bisa mendatangi Kedutaan Indonesia di negara yang kalian tinggali untuk mencari perlindungan. Untuk saya sendiri, saya dibelikan tiket oleh orangtua saya secara diam-diam dan pergi dari rumah pun diam-diam sehingga dia tidak bisa menahan saya karena dia tidak tahu kalau saya akan pergi darinya.
Saya tidak melaporkan dia karena yang saya pikirkan saat itu adalah saya bisa kembali ke Indonesia dengan selamat. Segera keluarlah dari keadaan yang menyakitkan sebelum terlalu jauh menjalaninya. Kalian perempuan tangguh pasti bisa hidup mandiri, hidup baru dan menemukan lelaki baru yang jauh lebih baik.
Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa,tidak ada yang mustahil bagiNya. Jangan takut melangkah, jangan takut hidup tanpa dirinya karena “Kita berhak bahagia”. Jangan pernah takut untuk melawan, ingat bahwa kalian tidak sendiri!