
Peringatan: Artikel berisi konten berikut mungkin dapat membuat pembaca merasa tidak nyaman.
1. Lokasi: Jerman
2. Kutipan favorit
Hang in there, strong woman. Hard times don’t last forever. Life moves on. And so will you.
3. Pengalaman menjadi korban kekerasan
Berawal dari suami yang meminta cerai, saya mendapatkan tekanan mental dari suami dan orang tua nya. Memang saya tidak mengalami kekerasan fisik tapi kekerasan psikis yang hampir membuat saya untuk mengakhiri hidup saya. Kata-kata yang diucapkan suami dan ibu mertua saat itu, membuat saya, sampai dengan hari ini pun masih berusaha kembali untuk membangkitkan kepercayaan diri saya.
Saya tidak pernah menyangka bahwa orang-orang yang saya kira sangat menyayangi dan melindungi saya, ternyata adalah orang-orang yang paling menyakiti saya.
Pada hari itu, semua berbalik 180 derajat. Yang dulu mereka bilang saya adalah wanita cantik, pandai, rajin, tahu cara merawat suami dan rumah, berbalik menjadi wanita “jahat”, wanita pemalas wanita penyakitan, wanita bodoh.
Bahkan mereka bilang, tidak akan ada orang di Jerman yang mau mempekerjakan saya.
Masih banyak kata-kata menyakitkan dan penghinaan yang diucapkan suami dan orang tuanya pada saya.
Kata-kata yang sampai hari ini saya masih sangat jelas di ingatan saya.
Sepanjang umur saya, tidak pernah ada yang mengatakan hal-hal buruk itu kepada saya, tidak juga orangtua kandung saya.
Saya wanita mandiri yang bekerja keras demi mimpi-mimpi saya. Saya bukan wanita yang suka bergantung pada orang lain. Walaupun saya sakit-sakitan, saya tetap menunjukan kepada orang-orang di sekitar saya bahwa saya adalah wanita kuat.
Kepercayaan diri saya runtuh saat itu, merasa diri ini tidak berguna, ketakutan dan tidak berdaya. Saya hampir mengakhiri hidup saya, karena saya merasa apa yang mereka katakan itu benar, dan saat itu saya sendirian.
4. Memutuskan bertahan/keluar dari situasi
Di saat-saat kelam itu, saya semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, berdoa setiap saat, menaikan Puji syukur saya kepada Tuhan atas semua yang terjadi, walaupun itu menyakitkan.
Menyerahkan semuanya kepada Dia dan percaya bahwa rancangan Tuhan akan hidup saya tidak pernah buruk. Saya belajar memaafkan suami dan orangtuanya, dan berdoa untuk mereka, walaupun secara manusia, itu sangat menyakitkan.
5. Cara mengatasi trauma akibat kekerasan
Saya keluar dari rumah suami saya, pindah ke kota lain, mendapatkan pekerjaan, mendapatkan teman-teman baru dan memulai kembali semua kegiatan atau hobi yang saya tinggalkan ketika dulu saya menikah dengan suami. Saya mulai membuat rencana hidup, mimpi-mimpi dan goal yang harus saya capai. Saya ingin bertahan hidup di Jerman, saya ingin memulai hidup yang baru. Saya mulai membangkitkan diri saya yang dulu “si wanita mandiri, percaya diri dan keras kepala”.
Support dari orangtua di Indonesia dan teman-teman baik yang tinggal di berbagai negara, juga support dari atasan dan rekan-rekan kerja di tempat saya bekerja sekarang, mulai menumbuhkan kepercayaan diri saya yang sempat hilang. Tuhan mengirimkan saya banyak orang-orang baik di sekitar saya, seperti yang saya minta kepada Tuhan setiap hari. Bahkan atasan saya berkata “You should be proud of yourself!” Dia mengatakan ini karena dia tahu cerita saya dan kondisi saya pada saat saya bertemu dengan dia.
Prinsip saya sekarang “Saya perempuan yang kuat. Saya tidak duduk-duduk mengasihani diri sendiri atau membiarkan orang menganiaya saya. Saya tidak menanggapi orang yang mendikte saya atau mencoba menjatuhkan saya. Jika saya jatuh, saya akan bangkit lebih kuat. Saya yang mengendalikan hidup saya dan tidak ada yang tidak bisa saya capai.”
6. Pesan untuk perempuan-perempuan yang mengalami kekerasan dan tinggal di luar negeri
Untuk wanita-wanita kuat di luar sana yang sedang mengalami kekerasan, jangan takut, bertahan dan tetaplah kuat. Jangan takut untuk meminta bantuan kepada keluarga, teman atau organisasi yang memberikan bantuan kepada perempuan yang mengalami kekerasan.
Kalian harus berani mengambil langkah untuk bertahan. Akan ada banyak orang yang membantu kita, asalkan kita mau, berani dan tidak malu untuk menceritakan masalah kita.